Tiga pekan sudah siswa-siswi belajar di rumah (SFH), dan sudah mulai adaptasi dengan sistem daring. Kehebohan tak lagi terjadi seperti awal program, semua sudah menikmati. Sistem belajar dibuat sendiri, kapan dia belajar, kapan dia main, kapan dia nonton televisi.
Ternyata setelah tiga pekan mulai ada kejenuhan pada diri anak-anakku, terutama yang kelas empat SD. Dia sudah rindu suasana sekolah, rindu dengan teman-temannya, rindu dengan gurunya dan rindu dengan ibu kantin. Pagi ini dia minta izin naik sepeda untuk pergi ke sekolahnya, cuma untuk melihat bangunannya.
Tampak kekecewaan di raut wajahnya melihat sekolahannya sepi. Tak ada teman yang bermain di halaman atau yang sedang jajan di kantin. Setiap pagi kami selalu berantem sama anakku, dari mulai bangun tidur, sarapan pagi sampai berangkat sekolah sering banget telat.
Alhasil ayahnya sering tidak ikut apel pagi, tapi suasana seperti ini membuat kami rindu. Di mana sepanjang perjalanan kami ngobrol sampai tak terasa sudah sampai sekolah.
Selama SFH kami membiarkan anak untuk belajar sesuai keinginan dia dibuat enjoy. Kadang belajar sambil nonton film kartun, kadang bareng teman-temannya ada 2 orang datang ke rumah. Pola belajar diterapkan seperti sekolah ada guru ada murid, walau sesudahnya rumah berantakan tapi tak mengapa yang benting tetap belajar dan di rumah.
Anak-anak tetaplah anak-anak yang punya dunia sendiri. Dia rindu teman-temannya, teman bermain di kala istirahat dan teman bertanya saat ulangan. Dan rindu uang jajan, karena selama dirumah jajan sudah disediakan bundanya.
Semoga semua cepat berlalu, biar kamu nggak jenuh dirumah dan bisa sekolah lagi. Dimulai dari kamu nak dengan mematuhi apa yang ayah bunda sampaikan tentang covid-19. (KBC-54|Kompasianer Brebes Jateng).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H