Lihat ke Halaman Asli

Bang Auky

KBC 54|Kompasianer Brebes Jateng| Golet Jeneng Disit Mengko Jenang Teka Dewek

Pernahkah Kita Berbohong pada Anak?

Diperbarui: 26 Maret 2020   09:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: pinterest.comBalaji Limbole

Mungkin ini pertanyaan yang agak sulit dijawab untuk orang tua.  Sedikit atau banyak (mungkin)  kita pernah melakukannya karena situasi dan kondisi saat itu. Walaupun kita tahu sama tahu itu tetap berbohong.  Terkadang kita mengalami hal ini,  dan terpaksa kita lakukan walau terjadi pertentangan batin. 

Sebagai kepala keluarga aku menerapkan management keterbukaan pada pasangan,   tentang berbagai hal.  Dari mulai makanan, hobby,  musik,  olahraga sampai sex.  Aku selalu terbuka mau pergi kemana,  dengan siapa dan pulang jam berapa.  Begitu juga sikapku kepada anak-anak. 

Beberapa contoh kebohongan yang sering tanpa sadar kita lakukan:

1. Tidak punya uang,  sering kita lakukan ketika anak-anak minta uang terus menerus dan bermaksud menghentikannya. Ketika sianak nangis akhirnya dikasih,  ini akan membuat anak tidak percaya ke orang tua.  Saya  selalu tegas kalau tidak tetap tidak,  sampai sekarang ketika anak minta uang,  aku bilang tidak punya dia percaya. 

2. Ketika kita pergi tidak mengatakan yang sebenarnya tujuan kita,  seringkali anak minta ikut ketika orang tua mau pergi,  padahal acara itu tidak diperkenankan membawa anak-anak. Saya selalu jelaskan kepada anak tujuan pergi, disana nanti situasinya bagaimana,  sehingga sianak tahu kondisinya seperti apa.  Dan masih banyak contoh-contoh lainnya. 

Terkait konteks judul diatas pernahkah kita berbohong pada anak?  Pernah,  dan mengapa harus berbohong pada saat itu? Pada saat itu saya punya anak balita,  sekali waktu saya ajak main ke alun-alun. Dia tampak gembira menikmati semua permainan yang ada disitu, lompat kesana kemari.  Setelah puas kita pulang,  dia tertidur di motor sampai rumah dengan senyum kebahagian. 

Keesokan harinya,  setiap sore dia merengek minta ke alun-alun, sekali dua kali kita penuhi karena memang ada waktu.  Tetapi pas kita ada kegiatan dia tidak mau tahu,  dia menangid sambil minta dukungan ke oom dan neneknya. Akhirnya terjadi kesepakatan ke alun-alunnya besok,  karena sekarang ayahnya ada kerjaan. 

Sambil putar otak untuk besok sore membawa anak bermain sekaligus menghentikannya. Akhirnya kutemukan cara untuk menghentikannya,  walaupun belum begitu yakin.  Pukul 13.00 WIB kuajak anakku keliling alun-alun,  tampak diwajahnya rasa kecewa. Mungkin dia pikir kok sekarang alun-alun sepi tidak seperti biasanya?  Dengan wajah lesu dia mengajak ayahnya pulang,  karena alun-alunnya sepi. 

Akhirnya trik yang kubuat berhasil menghentikan kebiasaan anakku bermain di alun-alun.  Apakah trik ini mengandung kategori berbohong?  Mari kita tanyakan pada hati kita masing-masing,  hati sebagai orang tua. (KBC-54|Kompasianer Brebes Jateng) 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline