Pernah tidak melihat dan membaca atau bahkan sekedar menonton tayangan seorang wanita si penguasa 14 bahasa asing bernama Gayatri? Atau penahkah anda menyimak sajian konten Ome TV yang berisikan percakapan antara Fiki Naki dan beberapa orang dari berbagai negara yang tak sengaja dipertemukan dalam platform media sosial tersebut.
Jika kita melihat dengan seksama, memang tak dapat dipungkiri kemahiran mereka dalam hal penguasaan bahasa asing serta kecakapan dan kehebatan dalam hal komunikasi publik nyatanya telah menghadirkan sesuatu hal yang berbeda dari sudut pandang beberapa remaja kaum zilenial. Sesuatu yang dimaksud adalah motivasi dan semangat untuk dapat berkarya dan mengeksplorasi segala potensi diri di usia muda.
Berbicara tentang potensi dan semangat seseorang di usia muda, tentu jika dikaitkan dengan situasi dan kondisi zaman saat ini tentu sangatlah bertolak belakang.
Bagaimana tidak, gempuran digitalisasi, sajian inovasi yang berkelas dari perkembangan iptek yang memanjakan siapapun, hingga beragam kemudahan serta kepraktisan dukungan teknologi dalam membantu aktivitas manusia sehari-hari justru menjadi badai yang seakan sulit untuk di hindari.
Memesan makanan via online semacam gofood, memesan barang-barang brended hanya melalui aplikasi Shopee. lazada, atau sejenisnya, scrool Tiktok berjam-jam di tempat tidur, menikmati tayangan film-film berkelas hanya melalui Netflix, hingga menghabiskan waktu bermain game seharian penuh ketika waktu libur sekolah tiba nyatanya sudah menjadi rutinitas yang umum dilakukan sebagian masyarakat di Indonesia bahkan di seluruh penjuru dunia manapun.
Dengan fenomena ironi di atas yang terjadi saat ini, muncullah sebutan atau istilah "kaum rebahan/mager/malas" yang terkadang sering disematkan kepada para kaum zilenial atau generasi Z saat ini.
Lantas jika ditinjau dari aspek keilmuan, Apa yang dimaksud dengan rasa malas? Menurut (Edy Zaqeus: 2008) ia menyatakan bahwa, rasa malas dapat diartikan sebagai keengganan seseorang untuk melakukan sesuatu yang seharusnya atau sebaiknya dilakukan.
Masuk dalam keluarga besar rasa malas adalah menolak tugas, tidak disiplin, tidak tekun, rasa sungkan, suka menunda waktu, mengalihkan diri dari tanggung jawab kerja, dll.
Pendapat lain seperti dilansir dari laman Ruangguruku menyatakan jika rasa malas merupakan salah satu perilaku negatif yang dapat merugikan siapapun. Pasalnya pengaruh rasa malas ini cukup besar terhadap produktivitas seseorang.
Jika mengacu pada kondisi saat ini dan ditinjau dari sudut pandang remaja, rasa malas memang kerap menghantui dan menjalar kepada siapapun.