Lihat ke Halaman Asli

Musafir Pandhawa

SD Negeri 2 Ambalresmi, Kebumen

Belajar Merdeka Tanpa Terpaksa

Diperbarui: 27 Januari 2023   08:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Belajar Merdeka Tanpa Terpaksa

Hal-hal yang sudah selaras dengan pendidikan yang memerdekakan antara lain bahwa pendidikan didasarkan pada kesukarelaan dan tanpa paksaan. Pendidikan dengan sukarela akan membuat siswa lebih bisa menggali potensinya. Siswa tidak akan merasa terbebani oleh tugas-tugas dari guru mereka yang justru semakin membelenggu kreativitas siswa dalam menjalani proses belajarnya.

Pendidikan yang dilakukan oleh guru juga harus mempertimbangkan perkembangan zaman agar anak mendapat pengalaman belajar yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka. Perkembangan zaman menuntut seorang guru haruslah mampu memberi bekal kepada siswa-siswa mereka untuk menghadapi persaingan global di abad 21 ini.

Setiap siswa itu unik dengan segala karakteristiknya. Ada siswa yang lebih menyenangi pembelajaran dengan cara mendengarkan, ada yang lebih suka dengan cara melihat secara visual, ada juga siswa yang menyukai pembelajaran dengan video ada juga siswa yang menyukai pembelajaran dengan beragam aktivitas. Hal ini harus diperhatikan oleh guru agar kebutuhan siswa-siswanya di dalam kelas terpenuhi.

Sering kita temui, guru masih banyak mendominasi kegiatan belajar di kelas. Banyak Guru yang suka berceramah di depan kelas tanpa dia mengerti bagaimana perasaan siswa-siswa mereka . Guru itu menganggap bahwa dirinya sebagai sumber tunggal pengetahuan di kelas dan kebenaran satu-satunya berasal dari dirinya. Siswa tenang di kelas dijadikan acuan bahwa pembelajaran yang dilakukan telah berhasil.

Guru di sekitar kita juga masih banyak yang alergi dengan perubahan, terutama perubahan teknologi. Teknologi yang seharusnya menjadi alat untuk memudahkan pembelajaran kepada siswa justru dihindari karena dianggap menyusahkan. Parahnya lagi. pola pikir guru bahwa semua siswanya harus mencapai semua kompetensi yang disampaikan guru, dan harus mendapat nilai yang bagus di semua mata pelajaran.

Praktik-praktik pembelajaran konvensional dan kolot haruslah kita hilangkan. Eranya telah berganti, bahwa setiap siswa harus terbebas dari belenggu, pendidikan haruslah menyenangkan. Seorang guru selayaknya mampu menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran yang disampaikan oelh Ki Hadjar Dewantara, anatara lain:

Ing Ngarsa Sung Tuladha yang artinya di depan. Maksud di depan yaitu seseorang harus bisa memberi teladan atau contoh. Teladan menjadi kata kunci kesuksesan dalam pembelajaran, sehingga ketika pembelajaran berlangsung seorang pendidik harus membimbing dan mengarahkan agar tujuan pembelajaran yang dipelajari siswa benar dan tepat.

Ing Madya Mangun Karsa yang artinya ditengah-tengah atau di antara seseorang bisa menciptakan prakarsa dan ide. Dalam hal ini guru memiliki peranan penting untuk menstimulasi atau memancing para siswa agar terciptanya prakarsa dan ide di dalam proses pembelajaran. Kehadiran guru dapat memfasilitasi dengan berbagai metode dan strategi agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Dengan itu, nantinya potensi siswa akan mudah terasah.

Tut Wuri Handayani yang artinya dari belakang seorang pendidik harus bisa memberikan dorongan dan arahan. Pada pengertian itu seseorang harus dapat mendorong orang yang dalam tanggung jawabnya untuk mencapai tujuan secara berkelanjutan dalam pekerjaannya.

Anak bukan tabularasa

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline