Berbaju kotak-kotak Kaesang mengalunkan pidato pertamanya di hadapan baju merah bermawar dengan gaya khas sebuah keluarga yang disambut dengan meriah.
Ketika Kesang berumur dua hari dari KTA, dia pun telah menjadi ketum Partai Solidaritas Indonesia.
Ini mungkin tidak mengejutkan tapi mencengangkan, ada apa PSI?
Partai Mawar yang selama ini terkenal muda dan egaliter dengan asas politik yang dilandasi oleh rasa solidaritas untuk kemanusiaan, ternyata sangat politik.
Menurut pandangan pribadiku, penetapan putera mahkota bungsu Bro Kaesang sebagai ketum menjadikan PSI lebih politik dari partai politik yang telah ada.
PSI menjadi begitu cepat berubah, dari partai yang tidak biasa menjadi partai yang biasa seperti yang lainnya.
Perang elektoral auto bergema, dari pragmatisme pilpres yang telah riuh rendah, Giring yang berbeda di puncak bahkan harus berlutut di panggung yang bukan panggung show sebuah band.
PSI rasa legislatif anak muda yang kental dengan idealisme tiba-tiba menjadi rasa gorengan yang biasa dijajakan di terotoar koalisi.
Jalan politik memang selalu bercabang, the road taken or the road not taken begitu keresahan penyair gahar Amerika, Robert Frost.
Pilih jalan yang sering dilalui, atau pilih jalan yang jarang dilalui?
Dan ketika jalan yang jarang dilewati kita pilih, ternyata jalan itu akan menjadi jalan yang sering dilewati pula. Bahwa bukan jalan yang harus diambil yang menjadi persoalan, melainkan pemilih jalan mau jadi apa di masa depan?