Lihat ke Halaman Asli

Band

TERVERIFIKASI

Let There Be Love

Pohon Apel Megan

Diperbarui: 15 April 2023   12:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Image pixabay.com

Saya memakai jas malam itu dan berdasi hitam, dan saya merasa tampan. Hanya beberapa blok dari apartemen saya, kafe itu mengurai udara dengan aroma medium rare dan bau air ginger. Sedikit mahal tak mengapa kerna kekasih saya, Megan menginginkan saya bertemu di kedai nyaman ini.
Jam tujuh lima lima saya melangkah masuk ke dalam kotak sejuk ini dan mengambil meja di area dimensi yang tidak terlalu cahaya.

Brow? lelaki pramukafe yang parfume memberikan saya menu. Wajahnya belia dan asyik.
Jeruk limau dan es! Pinta saya, dia mengangguk dan berbalik.
Saya bersandar dan mencoba rileks sembari mengambil pandangan separuh keliling pengunjung yang tak begitu rapat.

Saya flashback dan saya pikir, saya beruntung kerna sudah banyak jeda hubungan antara saya dan Megan sebelum date ini, barangkali karena kesibukan kami sendiri-sendiri. Dan saya senang ketika akhirnya Megan calling saya ingin bebincang di Kafe ini.

Jam delapan janji, Megan belum muncul dan saya tau kebiasaan buruknya yang selalu terlambat, hingga limabelas menit ke depan dia akhirnya muncul. Saya menggapai dan dia mengerling. 

Perempuan saya itu tampak berbaju kasual dengan sneakers membikin saya seperti salah kostum. Dia menuju saya dengan langkah anggun, Meg selalu begitu, dia berjalan menawan sementara rambut indahnya bergerai dengan wajah cantik memesona.

Hai! Saya menyapa dan mengecup pipinya tetapi dia tampak minim antusias, kontras dengan saya.
Ku pikir ini akan menyenangkan, kau order apa sayang? Saya memajukan menu. Dia masih separuh dengan moodnya menatap mata saya tanpa menyentuh list.

Hei, ada apa? Tanya saya mengambil tangannya lembut tapi dia masih diam.
Megan..?
Maaf Beri, aku tak santap kali ini! jawabnya lesu.
Lalu..?
Maaf Beri, aku harus mengatakan sesuatu... Megan berkata perlahan.

Saya mulai memandangnya serius, dari atmosfer yang semula rileks, mungkin inikah hal penting yang ingin diucapkan Megan di tengah kelangkaan waktu hubungan kami yang kurang sinyal.

Aku rasa... aku tak mencintaimu lagi Beri Jib.. Megan berucap dengan bergetar.
Whats? Saya terperangah dan beku sekian detik tidak aktif, lalu saya berusaha keras menormalkan isi kepala saya.

Ini engga fair Megan! Kau mengundang meja kafe hanya untuk mengatakan kau selesai. Aku mencintaimu Megan dengan segenap hidupku! Saya komplen meski tau ini seperti memukul angin sementara paras Megan original tanpa terlihat ngeprank membikin saya surut buat lebih kepo.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline