Lihat ke Halaman Asli

Band

TERVERIFIKASI

Let There Be Love

Merci Beaucoup Mario!

Diperbarui: 30 Januari 2023   19:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mario, peserta Master Chef season 10. Sumber lombok insider.com

Di perjalanan 15 besar Master Chef Gallery, Mario terhenti setelah gagal total membuat kue coklat highlight, dia tereliminasi bersama dua peserta lain yaitu Anna dan Agnes. 

Sayang banget seorang Mario harus pergi lebih dini, sejujurnya buat saya yang subyektif, dia merupakan kandidat juara Masterchef season10 ini. Mario yang baru berusia 19 telah membawa acara Masterchef yang condong copy paste menjadi lebih berwarna. 

Saya sendiri sebenarnya absen menikmati di season-season sebelumnya karena tidak ada hal yang baru, bahkan di season 10 ini juga minim kwantitas saya untuk menonton, jika di skala 1 sampai 10, mungkin ada di skala 2 atau 3. 

Dalam kekurangan jumlah saya menonton MasterChef kali ini, namun ternyata ada yang menarik sejak kehadiran belia Mario di kancah MasterChef  musim 10 ini. Kemunculannya menurut saya menjadikan tontonan jemu Masterchef menjadi berbeda, Mario seperti bisa membuat benang merah MasterChef kembali ke level yang bukan hanya sekedar fiesta atau parade lomba memasak. Pandangan-pandangan Mario tentang Cheffing bukan hanya memasak tetapi terlihat sebagai suatu art of food world dengan basic yang culinary nature.

Cara bicara yang menarik dari seorang Mario begitu khas tergambar tentang food handbooks dan know-how, skill dan bold, bukan sekedar jago masak jenis tertentu, atau bukan semata pintar masak, passion, experience dongeng seorang chef dari level pinggir dapur sehingga menjadi chef restoran houte coutre

Apalagi gimmick konyol yang kerap muncul yang mencampuradukkan hasil masakan seseorang dengan personaliti, seorang young Mario begitu fasih untuk menjelaskan dengan komunikasi berlevel universitas bahwa memasak bukanlah out school atau keturunan, melainkan sebuah overthinking yang tidak begitu saja menelan pakem permasakan baku atau mapan.

Kandidat Chef Mario terlihat terus bergerak dengan pengetahuan, atmosfer, otak dan kedua tangannya, kegagalan buatnya bukanlah persoalan, bahkan terlemparnya dia dari limabelas besar ditanggapinya dengan wajah yang sama dengan keberhasilannya dalam beberapa stage sebelumnya. 

Keterusterangannya yang kadang menggelitik tampak genuine dan out of the box  yang muncul ketika episode kepala kambing yang diolah oleh Mario masih ada bulu mata yang lentik hingga lidah kambing yang belum dikupas. Ada suatu pandangan mentereng beyond Mario, di balik kelakuan seorang Mario, yang menurut saya mengolah kepala kambing dalam kontes galeri sebuah MasterChef menjadi sesuatu yang absurd.

Dari ucapan terakhirnya sebelum meninggalkan kamar masak MasterChef10, dengan jujur tetapi tidak dengan rendah hati, menurut saya dia mengesankan bahwa dia melihat sebuah atmosfer yang tidak terbebas dari  diri sendiri dalam kamar Master Chef ini. 

Bahwa dengan terdidik dia mengemukakan bahwa dia memperoleh feedback yang baik meskipun ada beberapa feedback kurang baik, dan ketika didesak, Mario menjelaskan dengan mengapungkan jawabannya bahwa itu berhubungan dengan makanan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline