Lihat ke Halaman Asli

Band

TERVERIFIKASI

Let There Be Love

Pasar Gede 2050

Diperbarui: 11 Januari 2023   13:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pasar Gede Surakarta (Fristin Intan/Kompas.com)

Hari masih rendah, matahari belum beranjak tapi saya sudah tiba di pasar gede, orang-orang belum berniaga, mereka membongkar paket barang jualan dan membiarkannya sembari menata etalase. Belum ada pembeli pastinya, hanya pedagang bekerja saban hari seperti bernapas.

Saya memandangi bangunan belanda di seberang yang sekarang menjadi kotak niaga buah-bahan dan  kotak-kotak kuliner di lantai atas, tentu saja bangunan itu masih tertidur.

Saya lalu mengambil duduk di atas jok motor menatapi aspal yang dingin. Masih terlalu dini tapi tak apa, sebentar pasar gede akan bergeliat setelah pukul delapan lebih.

Saya menanti apakah ini hari yang di maksudkan menjadi pertemuan tahunan, saya tidak mengetahui tepatnya, hanya Desember,  demikian kata kamu. Saban bulan Desember itu waktunya, satu tahun sekali, kita menyajikan kesepakatan pertemuan, tanggal, hari bahkan jam itu bukan hal penting. Hanya clue Desember kali ini adalah pasar gede Solo.

Di tengah lamunan, tampak mentari mulai memecah langit membuka hari, membuka pintu rejeki, saya mulai merasakan degup pedagang buah yang membawa aneka warna menawan, lalu jajanan khas yang menghangat dan segala rupa buah tangan kota.

Saya pun bisa menghirup atmosfer pasar yang bening dari celah-celah gangnya yang nyaman, pasar gede memang tidak tampak seperti pasar, dia lebih menyerupai tetangga-tetangga yang saling berjualan benda kwalitet premium, langka dan murah.

Saya mulai menyadari sebelum terlalu hanyut dalam degup pasar gede,  akan pukulan jam telah  menyentuh angka sembilan, namun tidak ada tanda bahkan firasat. Apakah pertemuan kembali terhapus hari ini? Saya merenung dalam kalbu bahwa Desember telah hampir di ujung, dua matahari  lagi masih tersisa sebelum berganti tahun. Hati saya pun seperti terbang berkejaran dengan tenggat. Dimana kamu, sehabis duapuluh delapan kali hari saya berdiri di muka pasar gede?

Orang-orang datang mulai memenuhi halaman muka pasar, ramai memilih penganan yang dijajakan dengan bingung karena begitu ragamnya, orang-orang heritage becampur turis nasional, mereka bertemu di titik ini menukarkan uang dan fashion, namun pasar gede bergeming.

Jangan beli ke pasar gede jika dipenuhi pelancong luar border! Saya masih terngiang nasehat praktis dari bibir indah kamu yang membuat saya tersenyum.  Kenapa? Tanya saya. Tunggu sajalah, esok akan ada waktunya! Jawab kamu serius.

Pikiran saya mengawang kembali bersama rasa ketidakpastian dan batas harapan seandainya duakali matahari aku tak menjumpai kamu maka tanpa ampun tahun ini akan menutup dan menggenapi setahun wajahmu terhapus.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline