Lihat ke Halaman Asli

Band

TERVERIFIKASI

Let There Be Love

Mou Mengacungkan Lima Jari Setelah Memarkir Bus Roma

Diperbarui: 26 Mei 2022   19:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jose Mourinho telah memenangkan lima gelar Eropa. (REUTERS/BERNADETT SZABO)

Di akhir laga dengan gayanya yang nyeleneh orang spesial ini mengacungkan lima jari saat menyelesaikan Feyenoord yang desperate ke dalam 1-0. Kemenangan tipis yang menjadikannya lima jari kemenangan dari lima final Eropa untuk Jose Mourinho, barangkali itulah maknanya.

Bermain melawan orang-orang Belanda yang lekat dengan total football, Mou sudah bisa dipastikan memainkan pertahanan lebih seperti sopir bus sesuai DNA nya.

Meskipun berkasta tiga, demi sebuah tropi yang langka buat Kaum Srigala Roman, Mou bermain segalanya yang dia punya, yang menjadi keahliannya baik non teknis atau bahkan seluruh papan strateginya. Dan inilah menurut saya sih, laga Jose yang paling pragmatis di sepanjang karirnya yang mungkin sudah hampir sampai di ujung.

Permainan AS Roma yang maaf, 'norak' berhadapan dengan Feyenoord yang, maaf baru belajar nendang kencang menjadikan pertandingan final UCL (Europe Conference League) 2022 perdana ini, maaf menjadi laga yang keras kepala atau kepala batu. Tidak enak untuk ditonton. Satunya bertahan sembilan, satunya hanya menendang sekuat tenaga.

Tidak ada tersisa dari rasa keagungan pangeran Roma Francesco Totti pada AS Roma, ataupun aroma kebesaran seorang seniman dribbling dan spesialis set piece dari seorang top scorrer Robin van Persie. Kedua pelatih masing-masing begitu mempermainkan sepakbola industri banget, sepakbola paket hemat untuk profit yang besar.  Tidak ada yang salah tentu saja, kecuali romantisme orang-orang yang menjalani lakon Totti dan Persie.

Babak pertama dalam permainan politik tegak lurus AS Roma yang  mendominasi namun sama sekali tidak terlihat mengotori tangan kiper Feyenoord Justin Bijlow . Sampai tibanya kepada hanya satu-satunya peluang dari Zaniolo.

Srigala Roma di babak pertama, Nicolo Zaniolo mengambil  bola yang mendesing atas kepala center back Feyenoord, Gernot Trauner.  Dengan keren membawa bola ke dadanya sebelum mencetak gol tunggal dengan kaki kiri bagian luarnya. Dan ternyata, itu cukup untuk memenangkan gelar Eropa pertama bagi AS Roma dalam kurun lebih dari 60 tahun.

Bermain enggak kira-kira, dengan 7 bek, dengan 3 di central dan 4 di midfield membentuk formasi ganjil 3-4-1-2 yang khas Mou. Membentuk berlian segi empat di poros belakang adalah sepakbola kentara dari Jose, jika ditarik dari belakang kedepan akan diperoleh garis lurus dari kiper Patricio-Smailling-Pellegrini --Zaniolo/Abraham. 

Ini adalah skema serangan balik dengan jarak yang paling pendek dengan penarikan penurunan bertahan yang paling cepat dan dalam. Meskipun gelandang bertahan fanatik Mkhitaryan di menit awal harus keluar akibat cedera lutut dan diganti oleh Sergio Oliveira, tetapi tetap saja parkiran bus Roma bergeming.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline