Lihat ke Halaman Asli

Band

TERVERIFIKASI

Let There Be Love

Selamat Tinggal untuk Hari-hari itu

Diperbarui: 1 Maret 2022   10:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

image from pixabay.com

Pada suatu ketika para lelaki duduk berkumpul di ruang depan. Kami berbicara segala hal sebagai dominasi persoalan lelaki, sambil mereguk rupa minuman dan merokok.
Sementara dari dapur terdengar suara peralatan memasak dimana para istri berkumpul mepersiapkan makan malam.
Aroma sayur dan daging rempah yang terpanggang dari kehebatan resep, terendus hingga ke ruang para lelaki, yang meningkatkan hormon superior lelaki selain testosteron.

Whatta damn good food! Seorang wakil pria mengucapkan komentar. Sebagian tetawa-tawa  sebagai jeda lelah berbicara tentang hal-hal penting lelaki. Lalu kami meneruskan dominasi dengan minum lebih banyak dan merokok lebih tebal, sampai undangan dari para perempuan dapur yang telah menyiapkan dinner di meja makan.

Semua lelaki dewasa duduk mengelilingi meja makan dan lahap menyantap hidangan utama. Sementara para ibu kembali ke dapur menyiapkan desert pencuci mulut, yang ditutup dengan hidangan kopi harum. 
Selanjutnya kami kembali berkumpul di ruang depan, melanjutkan obrolan sekaligus membuang rasa penuh di dalam lambung dengan minuman lebih keras dan merokok cerutu.

Membiarkan semua istri membersihkan meja makan, mengangkat semua dish ke dapur, sehingga kami dapat mendengar kembali kesibukan dapur dari suara denting piring-piring kotor dicuci dan air yang menghujam sink.
Kami merasa hampir lengkap dengan kehidupan lelaki ini dan merasa solid dengan dunia yang seperti kami inginkan.

Tapi kini, itu silam sebelum gerakan kebebasan perempuan, dan kini kami berada di dapur untuk mencuci piring kotor bahkan memasak untuk makan malam.
Para istri pun jadi terbiasa berkumpul, saya mendengar mereka menyuarakan liberalisme gender pada jam 2:30 siang. Mereka juga menuang minuman cocktail. Berbicara segala hal, dari politik, kdrt, kaum homeless, monopoli pasar, penimbunan palm oil dan seterusnya, bahkan sepakbola.

Mereka juga mulai merokok mentol dan melakukan toss dan mebiasakan menggunakan bahasa slank, seperti, fu*k, hell, b*tch, sucks, damn, piss off, dan sh*t. Mereka pun semakin massive, semakin riuh, tertawa dan berbicara keras.

Saya pikir para Angles membutuhkan seorang center forward! Kata saya. 
Apa? Saya tidak bisa mendengar anda! Tanya lelaki lain di dekat saya.
Mereka membutuhkan seorang penyerang tengah! Ulang saya.
Para lelaki di dapur mengangguk-angguk entah mendengar atau tidak, karena suara denting cucian piring ditangan kami demikian bising, sementara air keran mengalir ke kotak sink menderu.

Kami masih melanjutkan mencuci peralatan masak yang berminyak hingga malam larut, sementara ibu-ibu berbicara dominasi di ruang depan persis seperti hari-hari pria-pria masa lalu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline