Agak segen menulis Cristiano Ronaldo, karena sudah bereksemplar cerita CR Tujuh ini, sehingga seperti tidak terlihat celah bakal menulis apalagi tentang sang mega star ini.
Dari ahli sepak bola di Kompasiana sampai berita-berita Soker, Ronaldo tertulis seperti rocketman, seperti nyanyian merdu nan sendu dari Sir Elton John.
And I think it's gonna be a long, long time
'Til touchdown brings me 'round again to find
I'm not the man they think I am at home
Oh, no, no, no
I'm a rocket man
Rocket man, burning out his fuse up here alone
Ronaldo adalah magis, setiap gerak tubuhnya mengibas seperti pesulap di pinggir jurang jala lawan, sementara sang penjaga jaring hanya menghitung detak jantungnya sendiri. Kiper tak bisa memilih mau kepala, kaki yang kanan atau yang kiri, hanya Ronaldo lah yang menentukan, Ronald sang raja.
Kesegenan menulis Chromosom Seven ini, menjadikan hasrat itu kembali menggoda kalbu, ketika Manchester United di hari Minggu kemarin "direndahkan" oleh serbuan anak-anak pelabuhan yang melompat-lompat di atas geladak Old Trafford, dan mengambil 5 bintang mereka.
Kekalahan adalah keniscayaan tetapi skor 5 kosong untuk akhir dari sebuah panggung yang dipenuhi nyanyian "Ole's at The Wheel".
Betapa malangnya nasib Ole Gunnar, 'the killer with the baby face' telah menjelma menjadi supir yang paling merusak mesin Manchester. Mesin terendah yang pernah dikemudikan dibandingkan sebelumnya adalah David Moyes, namun tidak separah Ole.
Lalu kemewahan mesin mahal enam silinder MU dengan Cavani, Greenwood, Rashford, Sancho, Martial dan Lingard menjadi bertambah boros dengan mega silinder ketujuh CR7.
Manchester menjadi menakutkan lawan dengan mesin sultannya, tapi sekaligus merusak keseimbangan. Ole menjadi kehilangan keseimbangan kendali, apalagi dengan kehadiran Cristiano.
Bintang planet yang menyilaukan yang mulai menua dipadukan dengan pelatih warisan dari album kenangan memimpin pasukan yang bingung untuk ditarik ke depan oleh kekaguman senja dan ditarik ke belakang oleh nostalgia berdebu.