Lihat ke Halaman Asli

Band

TERVERIFIKASI

Let There Be Love

Final UCL: Tuchel Kembali ke Anti-football?

Diperbarui: 30 Mei 2021   12:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ANTARA FOTO/REUTERS/Toby Melville/aww/cfo. Sumber: tirto.id

Kekhawatiran saya sebelum pertandingan final liga kampiun UEFA ini ternyata menjadi kenyataan, bahwa pertandingan bisa seburuk pertandingan satu minggu sebelumnya ketika Villareal berhadapan dengan Manchester United dalam final Eropa. 

Pertandingan dini tadi menjadi jelek dan membosankan, ketika pertandingan hanya terjadi di separuh lapangan. ManCity terus dengan pola menyerang, seperti telah kehabisan psikologi serang sepanjang yang pernah mereka perbuat dalam menghadapi pertahanan total Chelsea kali ini.

Kadang memang dalam final yang bertekanan tinggi, pelatih rela mengorbankan  "pertunjukan" sepakbola untuk melakukan apa saja demi ambisi sebuah kemenangan. 

Chelsea yang saya kenal lugas dan berani yang tergambar dari sistem 3-4-3 nya, adalah gambaran sepakbola modern dengan 'double wing back', permainan tengah di tiga perempat lapangan dan transformasi serangan dengan minimal tiga penyerang di depan. Namun dalam final begengsi dini tadi, sepakbola "post-mo" yang merupakan pakem para manajer berkelas dunia, menjadi sirna. 

Sedikit mengerikan ketika seorang Tuchel memakai taktik parkir bus, bahkan dihampir seluruh pertandingan yang jenuh, bahkan terlihat kelahiran kembali "anti-football" dimana hampir semua pemain Chelsea memosisikan pertahanan grendel atau "door-bolt" yang di Italia dilahirkan sebagai rantai  "catenaccio".  

Beberapa pelatih berkelas seperti Jose Mourinho pernah mengeluhkan betapa sulitnya memenangkan pertandingan melawan tim yang bermain melulu bertahan untuk menang. 

Dan keniscayaan ini banyak terjadi dalam pertandingan yang penuh dengan teknik tinggi di final bergengsi yang selanjutnya hanya berakhir anti-klimaks, menjadi pertandingan yang malas dan tidak berkelas. 

Kasihan penonton di stadion yang sudah bayar mahal termasuk travel-fee, juga penonton di belahan bumi katulistiwa yang mesti begadang berharap pertunjukan puncak kenyataannya ecek-ecek. Masih untung sendal enggak melayang ke layar tivi, ya kalo tivi sendiri nggak apa-apa, kalo tivi pak lurah?

Dari awal memang sudah terlihat ketika Guardiola memasang Sterling sebagai peregang dan penerobos pertahanan kiri Chelsea yang mungkin akan rapat. 

Demikian halnya saat bek serang, Ben Chilwell menjadi bek konservatif sementara pemain serang menawan Pulisic sengaja lambat diturunkan, demikian halnya pemain stylish Hakim Ziyech sama sekali disimpan. Fix, bahwa Chelsea total bertahan dengan serangan balik operan panjang atau lambung, yang banyak bisa disaksikan dalam laga lokal, seperti dilakukan Persib atau Persija. 

Seandainya saja pemain modern Pulisic dan Ziyech dipasang di sebagian besar masa laga, maka pertandingan bisa menjadi menarik berisi jual beli serang dan adu taktik. Atau jika saja hakim Antonio Lahoz mengabulkan handball Reece James.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline