Sehabis rasa sakit yang hebat kita akan menjadi kaku. Sangat 'hoaks' bila move on itu kembali bergerak atau bangkit seperti semula atau lebih baik. Seumpama itu terjadi itu fatamorgana. Seperti orang terbenam salju, pertama dingin beku, dingin mati, saat membongkar salju dan keluar dari dingin saraf akan mati atau kelengar, lalu kita berjalan lagi memilih dengan membiarkan kematian sebagian.
Orang move on itu adalah kesombongan yang menyimpan kesakitan, makin move on akan semakin menderita. Ini hanya permainan 'formal feeling' atau rasa kaku setelah derita hebat.
Move On Dong atau Move On Deh, sama saja atau sarua keneh. Kedua kaki akan berjalan seperti kaki mesin yang berputar-putar di jalan kayu yang berada di dalam tanah, bisa juga di dalam udara atau di dalam nul, alias tanpa arti. Enggak tumbuh tapi akan menjadi batu kuarsa yang bisa menyenangkan.
Jadi ini hanya soal konteks waktu, jam yang memimpin, bukan penderita. Diingatkan bahwa hidup bisa lebih panjang dalam kebekuan, seperti cerita orang yang terbenam salju di atas. Membuat kacau konsep waktu dari pertanyaan hati beku, apakah beban yang telah dipanggulNya itu baru kemarin atau berabad lalu?
Sehingga move on menimbulkan suara pertanyaan dalam hati dengan sepuhan luar yang telah segar dan bergerak kembali. Kehilangan rasa ikatan cinta ataupun kematian selalu meninggalkan paling tidak separuh kehidupan menjadi kenangan mati, separuhnya lagi bisa saja move on.
Jadi memori itu seperti ruang-ruang yang ada disebuah rumah, dimana ruang keluarga adalah masa kini, ruang depan adalah masa depan, ruang belakang menyimpan kenangan biasa dan ruang loteng atau gudang menyimpan rapat kenangan yang tidak ingin diungkapkan kembali, seperti misalnya kepedihan ditinggalkan seseorang. Namun ruang loteng rumah tetap saja eksis tidak bisa dihilangkan. Kerna kita enggak bisa menghilangkan kenangan.
Terkait dengan waktu juga, adalah bohong besar ketika ada dikatakan bahwa waktu akan menyembuhkan. Jangan percaya! Kerna ruang loteng rumah atau gudang yang tak pernah dibuka tetap menyimpan kesakitan. Kenangan tidak ada obatnya, dan waktu bukan obat. Kenangan akan tetap ada, dia hanya tertindih dengan kenangan yang baru. Memori itu bukan penyakit, sehingga tidak mengenal obat, juga tidak membutuhkan pembedahan. Akibatnya, rasa sakit diabaikan sebagai penyebab, sehingga menimbulkan gejala pipi cekung, berat badan turun dan paras menjadi pucat.
Ditinggal kekasih atau kehilangan peluang ketenaran, adalah gambaran dari ruang yang menjadi situasi yang diinginkan tidak tercapai dan dapat membuat tertekan atau putus asa. Menjadi tidak soal move on atau tidak move on, ketika move on bisa menjadi sesuatu yang bisa kita capai, namun apakah dengan move on otomatis kehidupan akan tercapai dan menjadi lebih baik di kemudian hari.
Pada kenyataan kehidupan tetap membawa beberapa infeksi sejak Adam dan Hawa dibuang ke bumi. Orang yang paling menderita adalah orang paling pertama ada yaitu Adam-Hawa. Jadi siapa yang harus disalahkan jika diurut dari muasalnya? Yang terpenting adalah kegigihan jiwa, sejak dilahirkan manusia memang sudah diberikan dua tawaran, surga dan jurang.
Bila visioner dan gigih membuka pintu pribadi dan berani mendekati dan melihat ke dalam, penderitaan bukan lagi persoalan move on. Dan penderitaan itu sudah ada sejak hadir ke dunia, penderitaan itu setua semesta, sehingga yang ada adalah pemborosan tubuh sebagaimana ditampilkan dari para pemainnya.
Lebih ngeri bila dilihat dari kefanaan yang kita alami selama hidup di bumi, apakah kita mengalami kefanaan berbeda dengan apa yang abadi dan tidak berubah? Surga yang akan menjawabnya dan itu berada di luar pemikiran dan ucapan dan berada di alam kekaguman, kerna dibalik kematian muncul perspektif yang datang dari penarikan kembali ke dalam diri setelah melihat yang tak terbatas.