Lihat ke Halaman Asli

Band

TERVERIFIKASI

Let There Be Love

Reuni Krakatau di Jalan Fussion

Diperbarui: 1 Februari 2020   12:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Krakatau Reunion (Foto: IG @krakataureunion)

Iie selalu menggerai rambut indahnya, tubuh mungilnya selalu bergerak, enggak banyak, tapi gerak tangan kaki dan tubuhnya itu adalah juga keindahan lagu itu sendiri, ku pikir seandainya pun dia enggak bernyanyi, gemulainya saja adalah sebuah nuansa melodi. Trie "Iie" Utami, besuara penuh memenuhi tidak saja sudut sudut gedung tapi masuk kedalam relung hati . 

Dia enggak pernah men 'downtone' lagu yang dibawakan bahkan di 50 an tahun usia emasnya, bernyanyi  di level diafragma yang sama di kala belia. Iie itu 'bola bekel' dan 'berisik', tapi ketika dia bergerak ditengah Krakatau, perempuan yang selalu bergaun kelam ini merupa penuh pesona seperti penyihir yang tak hendak kita hentikan.  

Kerna kita menemukan di papan panggung yang megah, seorang  perempuan  yang  bernyanyi indah, yang diselanya kita melihat tarian, lukisan dan puisi yang tak kalah memukau. Dialah Trie Utami Sari seorang pembawa suara fusion jazz Krakatau, masuk kedalam kalbu penontonnya, di nyaris dalam kematangan yang sempurna. Bersama  di jalan kematangan masing masing pemusiknya, Krakatau Band pun bertransformasi menjadi Krakatau Reunion.

Sebenernya aku sendiri semula kurang minat kerna kurang mengerti musik jazz yang terasa sebagai musik eksklusif kadang bikin pusing kepala,  meski aku lalu cuma ikut ikutan mendengar entah suatu lagu jazzy enak didengar, namun bersama waktu penasaran kenapa menurutku jazz itu rumit dan enggak runut. 

Namun pelan pelan itu menguak, ketika mencoba berkali untuk maksa mendengar improvisasi jazz. Kayaknya betul itu menjadi sederhana, bahwa jazz itu bukan alien atau mahluk asing, dia sama terstruktur dengan komposisi, chord, kreatif dan terkoneksi. Serupa dengan genre musik lain yang ada di bumi.

Ketika orang tua generasi setelah perang dunia kesatu mengatakan, jazz adalah musik yang immoral bahkan barbar, penuh korupsi nilai dan kultur dari suatu komposisi. Meski filosofi jazz harus ditangkap sebaliknya, yaitu memberikan komposisi ekspresi kebebasan penuh untuk struktur tradisionalistis. Ku pikir, masing masing pemain bisa share pikiran, emosi dan pesan kreatif yang bisa ditangkap dengan baik.

Embah jazz Amrik Duke Ellington pun bilang soal kesederhanaan jazz: Engkau mesti mencari satu cara untuk mengatakan tanpa harus mengatakannya.

Dan ku pikir Krakatau Reunion sudah mencapai tataran itu secara natural, bahkan aku tidak lagi merasakan interface lagi antara swing dari Indra Lesmana  yang tanpa terasa diambil  dengan rock dari gitar Donny Suhendra ditengah sinkopsi  dari drum Gilang Ramadhan dan sentuhan bas funky Pra Budidharma, juga pitchbend dari synthesizer Dwiki Darmawan.  

Lalu  ketika fusion Krakatau perlu lebih lagi energi, 'Kau Datang'  Trie Utami, menguatkan dengan karakter vokal yang kuat, cermat, khas dan unik. Mungkin ini yang menjadikan grup fusion jazz terkuat dan ter senior yang masih berkibar dan meluaskan penikmat  jazz lintas generasi. yang mestinya, dihormati generasi baru seperti Maliq D'essential, Groove, Ecoutez, Mocca maupun generasi setara seperti Emerald dan Karimata.

Hingga kini Krakatau telah melewati puncaknya dan hidup di alam maturenya, sehingga ketika reunion memanggil, mereka tidak merasakan lagi, kupikir mereka sudah menjadi seperti satu keluarga. Seperti kita kita, tua muda penggemar dan penanti  adiktif jazz Krakatau yang menamakan diri 'Keluarga Krakatau'. 

Penikmatnya akan mencatat dari mula Krakatau Band yang lahir di Cipaganti yang masih lengang di 1984, di Bandung yang masih dingin yang sarat musisi dan kiblat pembaharu  beragam genre musik. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline