Ayahnya yang juga pemain pro lawas bernama Joe "Jellybean" Bryant, menganugerahkan anak bungsu laki satu satunya dengan nama mononim "Kobe" karena mendapati menu beef enak dari Kobe, Jepang.
Sebenernya nomer jersey Kobe asli adalah 33 di tim Lower Merion SMA di Philadelphia. Apakah anda pernah ke Philadelphia kota terbesar di Negara bagian Pennsylvania(PA)? Kalo di Amerika kamu tinggal di Philadelphia ditanya, kamu tinggal dimana? Pasti kamu bilang, aku tinggal di Philly, sebutan slank dari Philadelphia.
Philadelphia itu kota sejarah banget, bangunannya banyak bangunan tua megah. Banyak pekerja Indonesia di sana, maklum julukan kotanya adalah Kota Kasih Persaudaraan. Jadi agak agak mirip Pancasila.
Kalo mau makan KFC asli Kentucky, memang agak jauh harus ke Kentucky, bisa naik pesawat via Washington Dulles, bandara Washington. Kota terbesar di Kentucky adalah Louisville. Ini kota industri, banyak pabrik-pabrik, seperti di daerah Merak-Banten gitu.
Ah, sudah lama tidak ke Amrik ya? Eh, tapi jika mau menapak tilas ke Philadelphia tempat kelahiran Kobe, dari Sukarno-Hatta kita mesti mendarat dulu di LAX, bandara Los Angeles, kota tempat Kobe berkiprah sebagai pebasket pro di Los Angeles Lakers, dia setia di Lakers selama 20 tahun. Jadi mirip dengan orang Jepang yang bekerja untuk satu institusi saja sampe pangsiun, mudah-mudahan bukan karena kebetulan nama Kobe-nya ya.
So, jadi lengkap sudah perjalanan menelusuri Kobe Bryant, mulai dari mendarat di LAX hingga terbang jauh ke timur ke Philadelphia tempat Kobe kecil dan kemudaannya berkembang sebagai pemain basket SMA yang langsung terjun ke NBA, bahkan di cap sebagai NBA MVP. Meski tadi agak melenceng ke Louisville Kentucky, maklum sekalian meeting di pabrik kimia, Lur.
"Kobe adalah Kobe, dia tetap bukan Michael Jordan yang individual player dan juga bukan Magic Johnson yang play-maker."
Ngomong-ngomong, aku sendiri suka bermain basket di fase SMP dan SMA, meskipun enggak jago kayak Kobe, tapi lumayan dipake saat pertandingan antar-kelas dan punten olahraga di rapor juga mantul.
Namun sejak lepas SMA dan kuliah, aku setop olahraga basket, karena mungkin kurang yakin dengan kehidupan basket, bahkan sekalipun hobi. Namun yang masih tersisah, aku masih sukak pake sepatu basket kalo pergi hang-out.
Walaupun makin jeblok main basketnya, tapi aku masih berperan di sepatu basket yang setia kupakai. Kayak Uya Kuya gitu, cuman dia kan levelnya fashion sehingga valuable, tapi aku yakin dia sama jebloknya di permainan basket, jadi enggak apa-apa.
Tapi bukan berarti cuman seneng sepatu basketnya doang, aku masih mengikuti NBA meski dalam live televisi, kalo enggak salah dulu penyiar yang ngetop adalah Ary Sudarsono yang sangat gencar memasyarakatkan basket dan membasketkan masyarakat sekitar tahun 80 an.