Rumor kenaikan gas bernama indah 'gas melon' sudah mulai ditiupkan. Seperti biasa, dalih pemerintah adalah untuk kenaikan atau 'penyesuaian' suatu barang kebutuhan pokok.
Memang LPG seberat 3 kilo ini harganya sudah tidak akan lagi sesejuk warna melon dalam waktu yang mungkin tidak lama lagi. Tinggal menunggu rapat terbatas kementrian keuangan dan menteri baru ESDM yang eks bos pupuk, Arifin Tasrif.
Konon harga LPG 3Kg ini diisukan dibanderol menjadi Rp 35 ribu atau Rp 11,667 per Kg, yang berarti ada kenaikan Rp 6,1667 per Kg, atau kenaikan 112 persen. Itu sesuai dengan penjelasan logis pemerintah bahwa subsidi harga LPG 3 Kg artinya tidak ada lagi.
Selanjutnya menurut menteri ESDM, subsidi akan dituangkan sebagai subsidi tertutup dengn identifikasi legal kepada yang berhak menerima subsidi guna menghindari kebocoran. Mungkin subsidi ini bisa berupa uang atau semacam BLT.
Entah besaran dan mekanismenya bagaimana masih tanda tanya, apakah warga miskin akan dikonversikan dengan seberapa banyak jumlah maksimum tabung yang biasa dipakai perbulan, atau bagaimana.
Yang jelas hal ini sulit berlaku bagi pedagang kecil yang cukup banyak menyedot gas tiga kilo ini, seperti tukang gorengan, tukang bakso dan tukang tukang kompor lainnya kecuali tukang balon gas.
Artinya, memang subsidi pengganti subsidi harga LPG ini, akan menyasar rumah tangga kurang mampu tanpa melihat profesi kepala rumah tangganya, apakah karyawan, buruh serabutan, pengangguran ataupun pedagang.
Konon skema subsidi LPG dengan cara tertutup ini, dengan menaikkan LPG 3 kilo setara dengan kemasan berat yang lain, diklaim akan bisa memangkas subsidi LPG eksisting sebesar 15 persen dari total subsidi Rp 50 triliun lebih.
Cita-cita gas melon di awalnya memang seperti itu, namun berjalan 'uncontrolled', sehingga orang kaya bisa bebas menjual dan membeli elpiji bersubsidi ini. Biasalah pengawasan agen oleh Pertamina dan data warga miskin yang valid selalu kisruh enggak jelas seperti benang kusut dan saling menyalahkan.
Meski pernah diuji coba subsidi nontunai dengan jatah tiga tabung, tapi gagal, karena tabung melon itu kan bergerak dan bisa ngglundung entah ke mana.
Dan kali ini setelah lima tahun pemerintahan Jokowi, subsidi LPG bertransformasi rencananya menjadi subsidi tunai, sehingga harga standar gas LPG menjadi pasti, tidak ada dua harga berbeda untuk barang yang sama.