"Enggak ada yang bisa disalahin. Semua ini salah kita semua," beber Nikita.
Nikita Mirzani artis seksi langsung nyebur kedalam banjir untuk tidak saja ikut merasakan paling enggak secara fisik kalo terendam banjir, bersama relawan di daerah perumahan Ciledug Indah, Tangerang. Membawa bantuan logistik yang langsung dari tangannya dan tatapan matanya sendiri yang diberikan kepada penghuni terdampak.
Enggak banyak yang dikatakan tentang politik saling tuduh, atau analisis dengan segala teori flooding, seperti pendapatnya yang tertulis diatas. Malah kebanyakan celotehannya begitu kocak menyapa, menghibur setiap orang yang menarik perhatiannnya.
Dan tentu saja kunjungan pesohor cantik ini menjadi obat yang sangat menghibur buat melupakan sejenak segala keresahan dan mungkin sedikit keputusasaan ketika penghuni selama beberapa hari terdampak ini kebanyakan harus merekover humannya didalam kondisi fisik dan psikis sendiri.
Dibandingkan dengan kedatangan penguasa atau pejabat yang cuma setor muka ekspresi eksis di media, dengan celoteh yang jauh dari nalar banjir yang sudah seleher bahkan mengubur rumah tingkat. Para pejabat mengerikan yang mencoba menegakkan benang basah ditengah bandang.\
Hanya membawa kata kata dan janji ditengah hamparan kehilangan dan sebagian kematian, orang orang menjabat dengan mental jaman lawas yang terbungkus kekinian, mulai terlihat transparansinya di tengah bencana. Asli.
Nikita Mirzani, juga Chico Jericho tanpa bicara kecuali bicara hati meski kacau nan menghibur, lebih terasa menuju langsung kedalam kalbu penghiburan nyata yang bakal menjadi kenangan senang ditengah resah bencana. Meski mereka para artis ini tidak memberikan harapan, namun apa yang mereka kasih tidak palsu.
Mereka membawa logistik semampunya dan yang terpenting membawa hati. Berbeda dengan penguasa daerah banjir yang hebat, membawa wajah yang berisi kemarahan entah kepada lawan politiknya atau kepada dirinya sendiri. orang orang kuasa ini tampak mengenyahkan hatinya akan kesedihan bencana, tertutup oleh kesiapan hati untuk membendung serangan lawan daripada serangan banjir.
Banyak relawan masyarakat dan masyarakat sendiri survive merekover dirinya sendiri seakan pemerintah tak hadir atau absen. Pejabat hanya datang untuk kontrol, tidak membawa pasukan atau alat berat atau pompa dan mobil tangki air, segera ketika banjir mereda. Banyak pengungsi ditampung oleh yayasan sosial privat ketimbang infrastruktur pemerintah untuk pasaca evakuasi yang seharusnya sudah terencana.
Orang orang menyapu lumpur yang menggunung sebisanya untuk membersihkan rumah rumah mereka, menarik mobil mobil yang bergelimpangan secara swadaya. Tidak tampak alat berat penyerok lumpur, mobile tangki air penyemprot lumpur dan alat derek merek pemerintah, untuk mengangkat kendaraan rusak terhanyut banjir ini, padahal sudah masuk hari ketiga setelah bandang surut.
Barangkali orang terdampak banjir mesti melakukan takdirnya, ditengah luluh lantak, sepertinya satu satunya jalan harapan yang bisa dikerjakan adalah bergandeng tangan menguatkan segala daya meski ditengah luluh lantak harta benda.