Lihat ke Halaman Asli

Band

TERVERIFIKASI

Let There Be Love

Otak yang Pulang ke Sahabat Lamanya

Diperbarui: 30 Juli 2019   01:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Malam kali ini tidaklah pekat, tidak seperti sebelumnya. Aku menatap tinggi dan hanya terpandang  keperakan. Itu rona bintang yang terbias oleh barisan air hujan lalu membuat malam berwarna perak.

"Kamu tertarik, bang?" pacarku Jelita tertawa renyah.

"Jangan kau tatap menjulang! Pedih nanti mata indahmu!" aku memperingatkan setengah setengah.

"Aku suka abang.. menatap nyala perak meski gerimis memburu mataku. Abang..?" dia menentang senang.

"Jelita. Kita beringsut. Segera hujan melebat. Ayok!"

"Sedikit lagi abang.."

"Sudahlah.. lihat warna perakmu sudah kelabu. Ayook!" aku menggegas lengan putihnya.

"Ya..ya..ya.." sahutnya manja seperti iklan tempo silam. Lalu dia melompat. Hap! Tubuh rampingnya bertebar indah.  Akupun sigap menangkapnya. Hup! Segera kami berklari, berkejaran dengan hujan yang menderas.

Itulah Jelita pacarku manis, si penanti hujan dan penyenandung mendung. Dia akan bernyanyi merdu perlahan saat hidung lancipnya menghisap aroma kedatangan hujan. Membungkam katak yang siap menggelembungkan perutnya menyambut udara hujan, urung mengkungkung ketika alunan Jelita terdengar mendahului.

***

Tapi itu dahulu, sepuluh tahun yang lalu, sebelum kepergiannya ke alam surga. Setelah tumor di otaknya meluluh lantak fisik dan batinnya. Jelita pulang selamanya, meninggalkan bumi dan aku sendiri, yang sampai sekarang memanggul lara yang masih juga terasa memanjang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline