Di pagi purna subuh yang masih menyisakan embun melayang, memang sebelum jam pikuk denyut rakyat berkehidupan. Suatu disaster telah melantakkan lalu lintas di luasan jalan raya yang mulai di penuhi rupa kendaraan. Beberapa sedan dan bus berbaring dengan roda diatas, sepeda motor ringsek tersapu serempak kompak. Orang orang mengaduh gelimpang pincang. Penolong penolong amatir berlarian dan sirene ambulans mulai menyongsong menembus asap kecelakaan yang bercampur asap embun. Apakah gerangan terhujam?
Sebelum kelopak mata para korban sirna, terlihat sosok kotak besi besar rebah bergandengan menindih beberapa kendaraan hingga hampir penyet. Ya! Entah tiga atau empat kotak itu adalah gerbong kereta api, yang sekejap punggungnya mengungkap fakta bahwa petak gerbong itu adalah MRT.
Lambungan wagon MRT ini melompati rel pejalnya melibas segala rupa disisi lintasannya. Apalagi lintasan rel elektriknya pas baru saja nongol dari rel subway menyeruak ke level ground, yang berarti kereta berada dikecepatan akselerasi kinetiknya untuk mengatasi daya naik potensialnya. Wah!
"Skuli, helow?" agen The K Files, Mulder sudah tiba di tkp.
"Owh, Mul, aku otewe" Skuli merespon dari nircable iphone nya.
"Tidak biasa, tidak biasa.. Segera hadir, Skuli" Mulder menggumam masih hang on.
"Oke, sip, tengkiu, bai" Skuli menjejak pol Cooper birunya ngebut. Bruuumm..! Mobil Italian job itu berlari tak tertahan memotong sinar muda mentari.
"OMG!" Skuli tension sesaat merapat di pedestrian sedikit menjauh dari asap, api dan reruntuhan. Beberapa polisi mengangkat police line menyambut Skuli yang keluar dari kotak besinya, yang bergegas merunduk dan berlari menuju ground zero.
"Mulder!"
"Disini Skul!" Mulder melambai. Skuli nyalang berlari merapat.