Antara periode januari-mei 2010, masyarakat Indonesia disuguhkaan berbagai tontonan, bacaan, hingga mendengar lewat radio, kabar burung...dst, tentang sifat, sikap, tingkah-laku, kebiasaan, kesopanan....dst, jauh bahkan sangat jauh dari nilai-nilai (saya menyebutnya nilai agar persepsi kita semua bisa masuk kesini).
Mulai dari kebiasaan para wakil rakyat dipusat sampai daerah - hingga petani, buruh..dst, dalam menyikapi persoalan semakin jauh dari nilai-nilai. Bagaimana wakil rakyat yang terhormat memberikan kita tontonan bak anak kecil berebut permen (dengan dalih nuansa diskusi) yang menggelikan, sehingga masih terngiang ungkapan tokoh pluralisme kita " anggota DPR kok kayak anak TK".
Para aparatur negara kita yang tak pernah bosannya menipu rakyat, dari kasus "cicak-buaya" sampai " Gayus Tambunan" sampai sekarang masih penuh dengan pelanggaran nilai-nilai. Kita juga tersentak dengan kejadian " tanjung priuk (persoalan makam)", bahkan mahasiswa (para pemikir muda bangsa) pun telah bertindak semakin jauh dari nilai-nilai. Berbagai macam kasus pencabulan hingga perkosaan menimpa calon penerus bangsa ( tidak memandang laki atau perempuan) yang masih terus menghiasi layar televisi kita, bukan hanya di kota namun didaerah pedalaman pun, niali-nilai itu telah hilang dalam aktivitas kita.
Apakah nilai-nilai itu sendiri sudah tidak bernilai lagi ? teringat akan perkataan dosen filsafat ilmuku " ada yang bebas nilai dan tidak bebas nilai". Bebas nilai karena sesuatu perbuataan itu dilakukan untuk perbuatan itu sendiri !. Harapan kita semua, semoga nilai-nilai masih menghiasi kehidupan kita semua, AMIN!.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H