Lihat ke Halaman Asli

Bambang Setyawan

TERVERIFIKASI

Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

PKBM Mitra Harapan Mampu Membuka Peluang Kerja saat Pandemi

Diperbarui: 21 Oktober 2021   14:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kursi- kursi yang siap diekspor ke Singapura (Foto: Bamset)

Di saat pandemi Covid- 19 nyaris membuat tak berdaya semua lini, ada geliat kehidupan di Dusun Bawang, Desa Tukang, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang. Di mana, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Mitra Harapan mampu membuka peluang kerja bagi warga setempat. Karena penasaran dengan upaya mereka, saya pun merasa perlu  menyambanginya agar menginspirasi negri ini.

Untuk menuju Dusun Bawang yang berjarak sekitar 15 KM dari Kota Salatiga, paling mudah dengan menggunakan kendaraan sendiri. Pasalnya, sangat jarang ada angkutan umum menuju lokasi. Satu- satunya angkutan hanyalah mobil tua berplat hitam, itu pun belum tentu dua jam sekali lewat. Maklum, kendati tak begitu jauh, namun, dusun tersebut memang berada di pelosok sehingga layak disebut sebagai dusun di ujung aspal.

Markas besar PKBM Mitra Harapan di ujung aspal (Foto: Bamset)

Hanya makan waktu sekitar 30 menit, akhirnya tiba di PKBM Mitra Harapan yang dikelola Sudarsih (45) , perempuan bersahaja jebolan IKIP Semarang. Nampak kegiatan belajar dari para siswa peserta kejar paket , sedangkan Sudarsih sendiri tengah melakukan penataan tanaman anggrek di serambi. Begitu melihat saya datang, spontan senyumnya sumringah. Ada kehangatan dan keramahan khas warga pedesaan yang melekat pada dirinya.

Sembari disuguhi kelapa muda dan tape ketan buatan PKBM Mitra Harapan, kami pun berbincang ringan di teras. Menurut Sudarsih, lembaga pendidikan yang dipimpinnya saat ini telah berusia 11 tahun, kendati begitu, tak berhenti di tingkat ajar mengajar orang- orang yang putus sekolah. " Kami melakukan pembinaan terhadap warga yang menggeluti UMKM, penyaluran tenaga kerja di berbagai perusahaan serta belakangan ini, membuka usaha perakitan kursi rotan sintetis," ungkap Sudarsih tanpa bermaksud jumawa.

Sudarsih, perempuan bersahaja yang piawai menangkap peluang (Foto: Bamset)

Kursi- kursi rotan sintetis tersebut, kata Sudarsih, dikerjakan oleh warga sekitar setelah memperoleh pelatihan singkat. Bekerja sama dengan salah satu eksportir di Kota Semarang, seluruh hasil produksi dipasarkan ke Singapura.  " Jadi mulai bahan baku hingga pemasaran, kami tak pusing. Sebab, semua dikerjakan mitra kami di Kota Semarang," jelas Sudarsih.

Peluang usaha yang diinisiasi PKBM Mitra Harapan, sepertinya disambut baik oleh warga setempat. Pasalnya, selama ini, masyarakat di Dusun Bawang hanya berkutat sebagai petani dan buruh serabutan. Bahkan, banyak yang menjadi perajin keranjang ikan asin yang upahnya sangat minim, di mana untuk 100 keranjang (kecil) hanya dihargai Rp 12.000. Padahal, butuh waktu dua hari dalam pengerjaannya.

Tumpukan kursi pipa yang belum dibalut rotan sintetis (Foto: Bamset)

Serap 100 Tenaga Kerja

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline