Muhammad Akbar Almutaqin, bayi berumur 1,5 bulan putra pasangan suami istri Muhammad Isroni (32) dan Murmiyati (32) warga Dusun Bulu RT 5 RW 4Desa Dadapayam, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, sejak lahir mengalami nasib yang mengenaskan. Ia terlahir tanpa anus (Astresia ani) sehingga memerlukan penanganan medis yang lebih intensif.
Keberadaan bayi yang biasa disapa Akbar ini, diketahui oleh dua personil Relawan Lintas Komunitas (Relintas) Kota Salatiga, yakni Siti Rosidah dan Rojabi,Senin (22/6) siang. Temuan itu segera dilaporkan pada Bambang Setyawan alias Bamset selaku penanggungjawab komunitas sosial tersebut. Sayang, data pendukung kurang lengkap, sehingga Bamset merasa perlu turun ke lokasi sendiri, terlebih lagi para kerabat relawan juga menitipkan donasi hampir Rp 1 juta.
Untuk menuju rumah Akbar yang berjarak sekitar 21 kilometer dari Kota Salatiga, tak membutuhkan waktu lama. Dalam tempo 25 menit, sudah tiba di rumah sederhana berdinding papan itu. Murmiyati, ibu kandung menyambut di pintu masuk sembari menggendong putra bungsunya. Perempuan desa yang ramah tersebut mempersilahkan tamunya duduk di kursi kayu uzur.
Demi melihat sendiri kondisi Akbar, Bamset merasa sangat sedih. Betapa tidak, bayi mungil tersebut, bagian perut sebelah kirinya dibuat lobang pembuangan feses yang ditampung kantong plastic warna kuning. Pembuatan lobang sendiri dilakukan oleh tim medis, tentunya menggunakan pisau bedah. " Operasi untuk membuat lobang pengganti anus dilakukan saat Akbar berusia dua hari," kata Murmiyati.
Menurut Murmiyati, selama Akbar dalam kandungan, tak ada firasat buruk apa pun. Begitu pula dengan suaminya yang kesehariannya berjulan pentol cilok keliling. Bahkan, dirinya juga rajin memeriksakan kandungannya ke bidan desa mau pun ke Rumah Sakit (RS) di Kota Salatiga " Semuanya berjalan normal, tidak ada firasat jelek sedikit pun," kata Murmiyati.
Hingga hari Minggu (17/5) lalu, saat Covid-19 melumpuhkan segala lini, usia kandungan Murmiyati sudah mencapai 9 bulan. Nalurinya sebagai ibu merasa ada yang tidak beres ketika bidan merujuknya ke RS Puri Asih Kota Salatiga. Ternyata, hal tersebut benar adanya. " Saya menjalani operasi caesar karena kondisi bayi melintang di kandungan, " ungkapnya.
Usia Dua Hari Dioperasi
Operasi Caesar berjalan lancar, sayang tiga jam kemudian, pihak RS Puri Asuh menyadari adanya hal yang tidak beres. Di mana, bayi yang belum memiliki nama tersebut, ternyata tak memiliki lobang anus atau biasa disebut Atresia ani. Terkait hal itu, Akbar segera dirujuk ke RSUP dr Karyadi Kota Semarang. Celakanya, RS rujukan sulit menerima dengan dalih semua kamar penuh.
Berhubung Akbar harus segera mendapatkan penanganan medis, akhirnya rujukan dipindah ke RSUP dr Sardjito, Jogjakarta. Sedangkan ibunya yang belum pulih, masih menjalani perawatan di Kota Salatiga. " Dua hari kemudian, Akbar diperasi perutnya. Bagian perut sebelah kiri dibuatkan lobang untuk mengeluarkan kotoran (feses) ," jelas Murmiyati.
Selama 26 hari bayi mungil itu harus menjalani perawatan di RSUP dr Sardjito, untuk menampung feses, digunakan kantong plastik seharga Rp 60.000. Di mana, maksimal penggunakan hanya 3 hari, setelah itu perlu diganti. Sedangkan tindak lanjut paska pembuatan lobang di perut, nantinya Akbar harus kembali menjalani operasi pembuatan anus. Operasi baru bisa dilakukan bila usianya telah menginjak 6 bulan.
Menurut Murmiyati, untuk memulihkan Akbar menjadi anak yang normal, nantinya masih ada dua kali operasi. Yakni pembuatan anus dan penutupan lobang di perut yang selama ini berfungsi sebagai saluran pembuangan. " Mohon doanya agar semua operasi berjalan lancar," pintanya.