Lihat ke Halaman Asli

Bambang Setyawan

TERVERIFIKASI

Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Memerdekakan Duafa ala Relawan Salatiga

Diperbarui: 20 Agustus 2019   17:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagian relawan dan mbah Mukmin di rumah barunya (Foto: dok pri)

Setelah sempat tertunda, akhirnya Relawan Lintas Komunitas (Relintas) Kota Salatiga mampu memerdekakan seorang duafa dari belenggu kemiskinan.Sebuah rumah sederhana menjadi hunian Mukmin (76) warga Pulutan Lor RT 02 RW 02, Pulutan, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga. Seperti apa proses pembangunan tempat tinggal lelaki uzur itu  ? Berikut catatannya.

Sekitar 6 bulan silam, seorang personil Relintas melaporkan keberadaan Mukmin, duda duafa yang menempati rumah berukuran 4 X 8 meter berbahan kayu lapuk, campur anyaman bambu yang terletak di gang sempit. Bambang Setyawan alias Bamset selaku penanggungjawab komunitas sosial tersebut, langsung melakukan pengecekan lokasi.

Begini kondisi rumah mbah Mukmin di gang sempit (Foto: dok pri)

Ternyata, apa yang dilaporkan benar adanya. Mukmin yang biasa disapa mbah Mukmin, merupakan seorang duda sejak 10 tahun yang lalu. Sepeninggal istrinya, ia hidup sendirian karena tak memiliki anak. Untuk makan keseharian, dirinya lebih banyak ditopang tetangga kanan kiri. " Bila tetangga lupa karena masing- masing memiliki kesibukan tersendiri, mbah Mukmin kerap 'berpuasa'," kata Bamset.

Mengutip penuturan mbah Mukmin, lahan yang ditempatinya sebenarnya merupakan tanah wakaf untuk didirikan mushola. Karena warga belum memiliki dana, akhirnya lahan kosong itu ditempatinya. Saban hari, ia hanya ditemani kucing- kucing liar yang sengaja diberinya makan nasi plus ikan asin. Kendati begitu, dirinya sangat aktif menjalankan ibadahnya.

Sosok mbah Mukmin , duafa yang bersahaja (Foto: dok pri)

Rumah yang dijadikan tempat tinggal mbah Mukmin terlihat sangat menyedihkan, di mana , selain mayoritas dindingnya sudah lapuk, berlantai tanah, juga terdapat lobang- lobang besar yang ditutup menggunakan MMT bekas. Celakanya, tidak terdapat sarana MCK, sehingga kalau kebelet buang air, beliau harus ke sungai yang berjarak lumayan jauh.

Mbah Mukmin mengaku, setiap hari, bila ada ada stock beras di rumahnya, maka dirinya menanak nasi sebanyak segelas atao 1/4  kilogram. Sedangkan lauk yang menemaninya, ya ala kadarnya. Kebetulan kakek tersebut relatif mudah dalam hal makan. " Ibarat dengan ikan asin pun tak masalah, karena memang beliau sering berbagi dengan kucing- kucingnya," ungkap Bamset.

Rumah mbah Mukmin diratakan tak bersisa (Foto : dok pri)

Demi mendengar pengakuan itu, Bamset segera meminta relawan untuk mengirimkan paket sembako. Selanjutnya, saban dua minggu paket yang sama bakal rutin dikirimkan ke rumah mbah Mukmin (belakangan beliau menolak diberi jatah sembako dua minggu sekali, mintanya sebulan sekali). Pada kesempatan yang sama, sebenarnya Relintas akan membedah rumah mbah Mukmin. Sayang, hal itu terbentur pada cuaca musim penghujan, sehingga syahwat bedah rumah ditunda sampai memasuki musim kemarau.

Hingga akhirnya, menjelang HUT Kemerdekaan RI ke 74, Relintas menilai merupakan saat yang tepat untuk memerdekakan mbah Mukmin. Selain kebutuhan makan dan sandangnya sudah tercukupi, maka, sebagai pelengkap dirinya akan dibuatkan rumah sederhana lengkap dengan fasilitas MCK nya.

Kerangka rumah dalam waktu singkat sudah berdiri (Foto: dok pri)

Dibangun dari Nol

Untuk memerdekakan mbah Mukmin, tentunya ada beberapa tahab yang harus dilalui. Di mana, selain ijin kepada pemilik lahan (mutlak), koordinasi dengan Ketua RT setempat mau pun warga dan saat semuanya beres, tinggal menghitung segala kebutuhan material. Terkait hal itu, Bamset menugaskan tim bedah rumah guna melakukan langkah- langkah yang perlu ditempuh.

Berdasarkan laporan tim bedah rumah, ternyata tak ditemui kendala yang berarti. Bahkan, ibu- ibu warga di sekitar rumah mbah Mukmin akan menyediakan logistik berupa makan siang plus snack. Kebetulan, di wilayah yang sama tinggal rekan Kompasianer Semuel S Lusi, sayang karena kesibukannya, beliau susah ditemui.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline