Lihat ke Halaman Asli

Bambang Setyawan

TERVERIFIKASI

Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Lutfiana Sayang, Lutfiana Malang

Diperbarui: 11 April 2019   20:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lutfiana dalam kesendirian di peraduannya (foto: dok pri)

Sampai Rabu (10/4) sore, Lutfiana (18) warga Pondan Sari RT 1 RW 1, Bergas Lor, Kecamatan Bergas, kabupaten Semarang yang menderita lumpuh, bisu, buta dan gizi buruk, masih tergeletak di rumah mendiang ibunya. Pihak- pihak terkait yang diharapkan akan mengevekuasinya agar mendapatkan perawatan medis, masih bergeming. Seperti apa nestapa gadis malang tersebut, berikut catatannya untuk Indonesia.

Lutfiana merupakan buah perkawinan Asmanah (50) dengan laki-laki bernama Mustari (50). Sebelum dinikahi oleh Mustari, Asmanah adalah janda beranak satu yang diberi nama Riwayanto (30). Paska pernikahan yang kedua, lahir Ersa Amrullah (23) dan Lutfiana. Ia lahir prematur, sehingga membawa cacat bawaan.

Sebelum Asmanah meninggal bulan Maret lalu, Lutfiana saban hari dirawat oleh ibunya yang berprofesi sebagai pedagang keliling. Hingga Asmanah didera penyakit serius, setelah sepekan menjalani pengobatan medis, nyawanya tak tertolong. Semenjak ibunya berpulang, Lutfiana dirawat Ersa Amrullah serta ayah tirinya yang bernama Suyadi (53).

Inilah rumah peninggalan mendiang ibu Lutfiana (foto: dok pri)

Sayang, karena Ersa mau pun Suyadi tinggal beda rumah, maka Lutfiana perawatan yang diberikan tidak maksimal. Bahkan, berulangkali personil Relawan Lintas Komunitas (Relintas) Kota Salatiga mengunjungi Lutfiana, gadis tersebut hanya tergolek sendirian. Diduga, akibat gizi buruk, kondisi fisik Lutfiana teramat sangat lemah. " Tubuhnya kurus, ibarat tulang dibalut kulit," kata Bambang Setyawan penanggungjawab Relintas.

Selain tubuh sangat kurus, lanjut Bambang Setyawan yang biasa disapa Bamset, indikasi Lutfiana alami gizi buruk amat mempengaruhi perkembangan ototnya. Di mana, setiap saat hanya mampu tergolek di atas kasur lusuh. Untuk duduk saja, dirinya tidak memiliki kemampuan. " Segala sesuatunya harus dibantu orang lain," ungkap Bamset.

Menurut Bamset, kendati tinggal sendirian di rumah peninggalan ibunya, sebenarnya banyak kerabatnya yang tinggal tak begitu jauh. Namun, lagi- lagi faktor kesibukan masing- masing, urusan merawat Lutfiana tetap tidak maksimal. " Yang membuat kami sedih, posisi kamar Lutfiana berada di bagian belakang. Jadi semisal butuh sesuatu, tak bakal ada yang mendengarnya," jelas Bamset.

Tinggal tulang dibalut kulit tapi dicuekin (foto: dok pri)

Donasi dari Relawan

Seperti diketahui, keberadaan Lutfiana terdeteksi oleh Relintas, sehingga akhirnya Bamset serta relawan lainnya memaksa diri mendatangi rumahnya. Dalam kesempatan tersebut, mereka ditemui kerabat Lutfiana yang bernama Atik (40) dan Rohyati (35). Ketika relawan tiba, ada pemandangan yang menyedihkan, Pampers yang dipakainya basah kuyup akibat air kencing (18-tahun-gadis-ini-lumpuh-bisu-dan-buta?).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline