Lihat ke Halaman Asli

Bambang Setyawan

TERVERIFIKASI

Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Ana Krisna, Gadis Salatiga yang Malang

Diperbarui: 1 Desember 2018   09:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ana, gadis 27 tahun yang sarat nestapa (foto: dok pri)

Di usianya yang ke 27 tahun, Ana Krisna warga Jalan Pantirejo RT 3 RW I, Gendongan, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga mengalami kemalangan yang berkepanjangan.  Selain lumpuh, tuna wicara, gangguan syaraf juga kehilangan dua orang tuanya. Untuk mengetahui nestapanya, Jumat (30/11) sore, saya merunutnya.

Keberadaan Ana, putri tunggal pasangan Mus (52) dan almarhumah Sri Puji Astuti (50) awalnya terdeteksi oleh relawan Lentera Kasih Untuk Sesama (Lensa) Kota Salatiga. 

Karena informasinya kurang begitu mendetail, akhirnya saya merunutnya agar mendapatkan keterangan yang jelas.Tidak sulit menemukan rumah yang ditempati Ana, dari Jalan Veteran hanya masuk gang kecil sekitar 50 an meteran.

Begitu tiba di depan rumah, seorang ibu muda bernama Siti Munawarah (35) menyambut saya. Ia adalah kakak sepupu Ana yang saban hari bertugas mengawasi serta merawat gadis malang tersebut. Setelah mengutarakan keinginan menengok Ana, dirinya segera membukakan pintu rumah dan mengantar ke kamar yang ditempati Ana.

Di kamar yang lantainya dilapisi karpet plastik, terlihat Ana tengah bermain sendirian. Begitu melihat ada tamu, ia tergopoh menemui dan menyapa dengan bahasa isyarat. Dirinya berpindah tempat menggunakan cara ngesot, duh siapa pun pasti akan merasa iba menyaksikannya. Kepala serta dua tangannya tak henti bergerak, sepertinya terdapat gangguan syaraf.

"Dia tuna wicara, tapi tidak tuli. Ketika dipanggil, ia langsung bereaksi. Hanya yang jadi masalah tak mampu berkomunikasi. Maklum, dulunya almarhumah ibunya sibuk bekerja di pabrik sehingga tidak mampu menyekolahkannya," tutur Siti seraya memanggil Ana.

Agak sulit mengambil gambar Ana, pasalnya dua tangan dan kepalanya terus menerus bergerak sehingga berakibat gambarnya ngeblur

Secara fisik, pertumbuhan Ana relatif lambat, tubuhnya kurus, kulitnya coklat namun ramah terhadap siapa pun. Mulutnya selalu berupaya tersenyum kendati mengeluarkan air liur.

"Ana ditinggalkan bapaknya sejak umur 8 bulanan, begitu mengetahui ada kelainan pada diri anaknya. Mus langsung pergi tanpa pamit, sampai sekarang tidak diketahui juntrungnya," jelas Siti.

Siti sendiri pernah mencari keberadaan Mus di desa asalnya di kawasan Gubug, Kabupaten Grobogan, namun, tidak membuahkan hasil.

Pasalnya, orang tua Mus sendiri telah meninggal dunia sehingga tak secuil pun keterangan tentang keberadaan ayah kandung Ana didapat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline