Lihat ke Halaman Asli

Bambang Setyawan

TERVERIFIKASI

Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Memoles Ban Bekas Menjadi Mebel Berkelas

Diperbarui: 20 Oktober 2017   07:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kursi dan meja berbahan baku utama ban bekas (foto: dok pri)

Ihwanudin (35) warga Jalan Buk Suling Nomor 1, Kutowinangun Lor, Tingkir, Kota Salatiga sepertinya layak diapresiasi. Berkat kreatifitasnya, ia mampu memoles ban bekas menjadi beragam mebel (meja kursi) berkelas sekaligus menciptakan lapangan kerja. Seperti apa sepak terjangnya, berikut catatannya.

Saat memasuki rumahnya yang merangkap toko yang menjual batu alam, terlihat deretan kursi teras mau pun tamu berbentuk bulat. Ada beragam warna yang sengaja dipajang untuk menarik konsumen. "Soal warna, saya menuruti apa permintaan pelanggan," kata Ihwanudin yang biasa disapa Iwan, Kamis (19/10) sore.

Calon kursi tamu yang belum jadi (foto: dok pri)

Ditemani Nurwahid (35) warga Desa Semowo, Pabelan, Kabupaten Semarang yang bertugas menggarap mebel produksinya, Iwan menjelaskan. Upayanya untuk memanfaatkan ban-ban bekas, khususnya ban mobil ini, baru dimulainya setahun terakhir. Di mana, Nurwahid yang merupakan sahabatnya saat mondok di Pondok Pesantren, tiba- tiba bertandang ke rumahnya untuk meminta pekerjaan.

"Saya sebelumnya bertani cabe di kampung, karena mengalami kegagalan, akhirnya saya mendatangi Iwan, siapa tahu bisa memberikan peluang pekerjaan," timpal Nurwahid.

Mendengar keluhan sahabatnya, Iwan sempat kelimpungan. Pasalnya, selama ini yang ditekuninya hanya dunia material bangunan. Sementara bidang lainnya, ia mengaku sangat awam. Setelah melalui diskusi cukup lama, Iwan mempunyai gagasan untuk memanfaatkan ban-ban bekas. Kebetulan, harga ban mobil bekas relatif murah. Sepanjang yang diketahuinya, harganya hanya sekitar Rp 3.000 perbuah.

"Karena Nurwahid mempunyai keahlian sebagai tukang juga, akhirnya kami putuskan ban mobil bekas akan kami poles menjadi kursi teras mau pun kursi tamu," ungkap Iwan.

Iwan yang ingin berbagi ilmu (foto: dok pri)

Setelah ada kesepakatan, mulailah Iwan dan Nurwahid berburu ban mobil bekas. Di sini, selain harga Rp 3.000 perbuah, ternyata mereka juga kerap mendapatkan harga Rp 1.500. Bahkan, Iwan yang biasa mainan motor trail, pernah diberi rekan-rekannya dari komunitas trail sebanyak 200 ban bekas. Karena stok bahan baku berlimpah, maka produksi mebel segera dimulai.

Untuk mendukung produksi, Iwan juga berbelanja busa, oskar, kayu usuk hingga kaki kursi yang terbuat dari stainless. Tahap awal, sketsa mebel hanya berdasarkan angan-angan saja. "Yang menggemberikan, produksi perdana langsung dibeli orang," kata Iwan.

Detail kursi tamu yang belum jadi (foto: dok pri)

Omzet 15 Stel Perbulan

Karena produksi pertama sudah direspon pasar, Iwan yang berduet dengan Nurwahid makin getol memproduksi. Untuk satu set kursi teras yang terdiri atas dua kursi dan satu meja, mereka hanya membutuhkan waktu sehari guna menyelesaikannya. Sementara kursi tamu yang memiliki kelengkapan empat kursi dibutuhkan dua hari kerja.

Perbedaan kursi teras dengan kursi tamu, lanjut Iwan, ada pada sandaran. Di mana, kursi teras tidak memakai sandaran, sedangkan kursi tamu memiliki sandaran. "Harga kursi teras perbiji Rp 250.000 sedangkan kursi tamu mencapai Rp 350.000- Rp 400.000," jelasnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline