Prima Angga Wahyu Setiawan (16) dan Inggil Pangestu, keduanya remaja asal Ngentak Mulyo, Kutowinangun Lor, Tingkir, Kota Salatiga yang dinyatakan hilang di Gunung Merbabu sejak Minggu (14/5), akhirnya, Selasa (16/5) sore berhasil diselamatkan oleh tim Search and Rescue (SAR) gabungan bersama relawan.
Berdasarkan keterangan Kepala Basarnas Jawa Tengah, Agus Haryono, dua pendaki pemula ini terdeteksi keberadaannya oleh tim SAR di antara tebing curam di sekitar Watu Gubug. Kendati telah diketemukan sejak pk 09.15, namun proses evakuasi membutuhkan waktu hampir satu hari karena dibutuhkan peralatan yang memadai.
Setelah melalui proses evakuasi, akhirnya Prima Angga yang biasa disapa Angga segera dilarikan ke pos terdekat guna memperoleh perawatan medis. Meski keduanya dinyatakan sehat, namun karena sudah tiga hari tak mendapat pasokan makanan mau pun minuman, maka untuk memulihkan kondisinya tetap harus mendapatkan perawatan. Sedangkan Inggil, sampai pk 16.00 masih diupayakan evakuasi.
Setelah melalui proses yang menguras tenaga, akhirnya pk 16.40 Inggil berhasil dievakuasi dengan selamat. Ia mengalami cedera tulang, diduga akibat terjatuh. “ Inggil sudah diangkat oleh tim Basarnas, nanti akan langsung dibawa ke Rumah Sakit untuk mendapatkan perawatan,” kata salah seorang relawan bernama Joko.
Diselamatkannya nyawa dua pendaki ini langsung banyak menuai pujian, pasalnya ketika raib sempat menggegerkan masyarakat Salatiga. Sehingga, saat berita keduanya tersesat sejak Minggu pagi, para relawan lintas daerah segera berdatangan guna membantu upaya penyisiran. Sedangkan pihak pertama yang langsung bergerak adalah masyarakat Dusun Cuntel, Kopeng, Getasan, Kabupaten Semarang.
Dusun Cuntel sendiri selama ini dikenal sebagai salah satu pos pendakian menuju uncak gunung Merbabu. Tak heran bila masyarakatnya selalu sigap bergerak ketika terjadi hal- hal yang buruk menimpa pendaki. Karena mereka hafal medan, otomatis koordinasi tidak membutuhkan waktu berlama- lama. Untuk melakukan penyisiran sembari menunggu kedatangan tim SAR dan relawan lainnya.
Layak Diapresiasi
Menurut keterangan di lapangan, rombongan pendaki yang berjumlah 12 orang (versi lain menyebut 10 orang), Sabtu (13/5) sore, mereka berangkat menuju base camp Cuntel. Selepas Maghrib, para pendaki yang mayoritas masih berusia muda memulai pendakian dengan route jalur Pos III menuju Pos IV. Namun karena waktu telah menginjak tengah malam, akhirnya diputuskan beristirahat menunggu esok hari.
Hingga esoknya, sekitar pk 10.00 para pendaki yang sudah merasa bugar kembali meneruskan perjalanan menuju Pos IV yang lumayan menguras tenaga hingga memaksa kembali beristirahat sebelum melakukan pendakian ke Pos V. Mungkin karena medannya cukup berat, begitu tiba di lokasi mereka membutuhkan waktu untuk beristirahat sejenak sembari mencari sumber air.
Celakanya, ketika teman- temannya beristirahat, Angga dan Inggil tetap meneruskan pendakian pelan- pelan seraya menunggu disusul rombongan. Hingga beberapa saat kemudian, ketika mereka menyusul, ternyata jejak dua pendaki tak terendus. Keduanya bak raib ditelan rimba, kendati sempat terdengar teriakan yang menyebut keduanya tersesat, namun saat dicari tetap tidak ketemu.
Putus asa melakukan pencarian belum berhasil, akhirnya rombongan memutuskan turun menuju Pos III. Hampir satu jam ditunggu, Angga mau pun Inggil tak juga terlihat. Karena panik, mereka segera melaporkan kejadian ini ke base camp Cuntel guna ditindaklanjuti. Hanya beberapa jam kemudian, relawan setempat langsung bergerak melakukan penyisiran. Namun, hingga malam hari jejak keduanya tak terdeteksi.