Bencana banjir bandang yang menerjang Dusun Sambungrejo, Grabag, Kabupaten Magelang, Sabtu (29/4) lalu, selain merenggut suami dan anak- anak bida desa Aryati Rahayu (29) juga telah meluluhlantakkan harta bendanya dalam hitungan menit. Seperti apa ketegaran ibu muda tersebut, berikut catatannya untuk Kompasiana.
Rejeki, jodoh mau pun kematian sudah tertulis dalam takdir seseorang. Namun, terkadang orang tak siap menerima kenyataan yang terjadi secara tiba- tiba. Kendati kondisinya masih mengalami shock berat usai melewati maut, tetapi Aryati yang bertugas sebagai bidan desa di Desa Sambungrejo berupaya untuk tegar. Sang suami yakni Catur Deni Firmanto (34), berikut dua anaknya masing- masing Fayat Zaidan (5) dan Izma Salfina (1,4) berpulang dalam kondisi menyedihkan.
Ya, hujan deras yang terjadi Sabtu siang memang menjadi awal bencana bagi warga Desa Sambungrejo. Sedikitnya tiga dusun diterjang air bah akibat luapan anakan Kali Ndaru, diduga tingginya debit air membuat aliran sungai tak mampu menampungnya sehingga membentuk kekuatan sahsyat yang menerjang apa pun di depannya. Kendati hanya berlangsung singkat, namun, air bah telah menewaskan 13 orang.
Dari 13 korban, nasip tragis menimpa pasangan Catur Deni Firmanto yang biasa disapa sebagai ustad Deni. Rencananya, bersama istrinya Aryati dan dua anaknya siang itu akan pulang ke Secang, Kabupaten Magelang. Aryati yang merupakan bidan desa sehari- hari menempati rumah dinas merangkap Polindes. Menjelang musibah, sebuah mobil Toyota Avanza sebenarnya sudah dipanasi mesinnya.
Rencananya, setelah hujan reda, mereka akan berangkat ke Secang. Sekitar pk 14.30, sembari menunggu berhentinya curahan air dari langit, Izma tengah lelap tertidur di kamar. Tak ada firasat buruk apa pun, tiba- tiba air bah muncul diiringi suara gemuruh bebatuan. Tanpa ampun langsung menerjang rumah yang ditinggali Aryati hingga hancur. Demikian pula dengan mobil yang akan dipergunakan pulang ke Secang, hanya dalam hitungan menit remuk tidak berbentuk.
Pesan Aryati
Aryati sendiri, saat banjir bandang menerjang langsung tak ingat apa pun. Pasalnya, tubuhnya tertindih reruntuhan tembok. Hanya lima menit air bah lewat, setelah terlihat agak surut, warga berupaya memberikan pertolongan. Sayang, lagi- lagi banjir susulan kembali datang sehingga tubuh Aryati sempat terbenam. Baru setelah air benar- benar surut, tubuhnya berhasil dievakuasi dan dilarikan ke Puskesmas Grabag untuk mendapatkan perawatan medis.
Sementara Aryati berhasil diselamatkan, sebaliknya nasip sang suami berikut dua anaknya belum diketahui. Sebab, tim SAR gabungan yang berada dilokasi belum dilengkapi alat berat untuk membongkar reruntuhan bangunan. Baru Minggu (30/4) malam, jenasah orang- orang yang sangat dicintainya berhasil diketemukan dalam kondisi sangat menyedihkan.
Aryati yang hanya mengalami lebam- lebam, belakangan perawatannya dipindahkan ke RSU Tidar, Kota Magelang. Kendati jelas- jelas kondisinya sangat shock, namun, dirinya tetap berupaya tegar. Ia menepis kabar yang menyebutkan tubuhnya mengalami luka cukup parah. Agar tak menimbulkan berita yang simpang siur, dia menitipkan pesan kepada relawan yang mengunjunginya. Berikut pesan pribadi bidan desa tersebut.
Innalillahi wainnailaihiroji'un...
Semua milik Allah dan akan kembali berpulang kepadaNya...