Dewan Kesenian Kabupaten Semarang (DKKS), menggelar ritual Merti Bumi Serasi (MBS) yakni mengarak dua gunungan hasil bumi melewati sedikitnya 33 desa. Hajatan itu diadakan dalam rangka menyambut hari jadi Kabupaten Semarang ke 496. Berikut catatan kemeriahannya untuk Kompasiana tentunya.
Hari ini, Selasa (14/3) , ritual mengarak dua gunungan hasil bumi dimulai dari kantor Desa Boto, Kecamatan Bancak menuju Kecamatan Bringin. Berbagai panenan pertanian yang dibentuk menjadi gunungan itu, sebelumnya Senin (13/3) siang telah menjalani beberapa prosesi di Dusun Karang Kepoh, Pager, Kaliwungu, Kabupaten Semarang.
Berdasarkan keterangan Camat Kaliwungu, Otter Sukamto, Dusun Karang Kepoh dipilih sebagai lokasi start kirap gunungan karena tempat ini pernah menjadi saksi sejarah pusat pemerintahan sementara Kabupaten Semarang. Di mana, untuk menjalankan roda pemerintahan, aparat sipil menempati salah satu rumah warga setempat.
Dalam prosesi MBS tersebut, diawali dengan pelepasan rombongan kirap yang semuanya mengenakan pakaian adat Jawa. Otter Sukamto sebelumnya menyerahkan kendi berisi air yang konon diambil dari tujuh mata air kepada Ketua DKKS Sarwoto Dower. Dengan disaksikan seluruh tokoh- tokoh masyarakat, rombongan bergerak menuju Kecamatan Susukan yang berjarak sekitar 5 kilometer.
Selanjutnya iring- iringan menuju Kecamatan Suruh, Kecamatan Pabelan dan bermalam di Desa Boto, Kecamatan Bancak.Di berbagai desa yang dilewati, masyarakat sudah menunggu di depan rumah sembari menyiapkan hasil bumi yang terdiri atas buah- buahan mau pun panenan lainnya. Tanpa diminta, mereka segera menyerahkan beragam makanan tersebut pada panitia.
Menurut Sarwoto Dower, ritual MBS memang bertujuan untuk membangkitkan semangat gotong royong di kalangan masyarakat yang belakangan mulai luntur. Momen diambil menjelang Kabupaten Semarang akan memperingati hari jadinya yang jatuh pada hari Rabu (15/3) besok. “ Dua gunungan sengaja diarak melewati berbagai desa dan nantinya disiapkan mobil- mobil bak terbuka untuk menampungan hasil bumi sumbangan warga,” jelasnya.
Melewati 33 Desa
Ada sisi menarik dalam ritual MBS yang baru digelar pertama kalinya ini, di mana, dua gunungan yang diarak melewati 33 desa di Kabupaten Semarang, ternyata disambut antusias warga. Sifat gotong royong dengan memberikan hasil bumi secara suka rela merupakan representasi dari bentuk keloyalan terhadap pemerintahan yang ada. Kendati yang disumbangkan hanya seperti singkong, ubi, buah- buahan, sayuran hingga seonggok padi, namun tetap layak diapresiasi.
Berkaitan hal tersebut, Sarwoto selaku penggagas kirap budaya akan melakukan evaluasi menyeluruh. Bila MBS sekarang hanya melalui 33 desa, tahun depan direncanakan bakal melewati lebih banyak desa mau pun kelurahan. Untuk itu, realisasi ritual tahun mendatang akan dipersiapkan secara matang agar mampu melintas di 19 kecamatan.
Memang, untuk merealisasikan prosesi MBS melewati semua kecamatan di Kabupaten Semarang bukan sesuatu yang mudah. Pasalnya, wilayah ini memiliki 19 kecamatan dan terdiri atas 208 desa ditambah 27 kelurahan. Tentunya, ritual yang sama akan menguras tenaga serta biaya yang tidak sedikit. “ Tidak harus semua desa kita lalui, yang penting semua kecamatan dirambah,” kata salah satu panitia MBS.
Berdasarkan catatan, hari ini rombongan MBS yang terdiri atas puluhan kendaraan bak terbuka dan puluhan motor pengiring tersebut, selepas dari kantor Kecamatan Bringin akan meneruskan kirap melewati Desa Ngajaran, Kecamatan Tuntang, dilanjutkan ke Desa Kunci Putih, Kecamatan Pringapus, Desa Gondoriyo , Kecamatan Bergas dan berakhir di Pendapa Rumah Dinas Bupati Semarang di Ungaran. Rabu (15/3) siang, gunungan akan diperebutkan masyarakat sebagai penutup semua ritual.