Robianto, pria asal Desa Bayalangu Lor RT 12 RW 03, Gegesik, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat memang layak diacungi jempol. Di sela kesibukannya sebagai buruh bangunan, saban hari ia rela berjalan kaki untuk menyebarkan virus literasi.
Ya, Robianto yang biasa disapa dengan panggilan Robi, memang seorang aktivis Perpustakaan Jalan (Perpusjal) di Cirebon. Ia yang sebelumnya menggunakan sarana transportasi berupa motor tua yang dimodifikasi menjadi perahu darat, belakangan memilih berjalan kaki ketika menjajakan buku-bukunya yang bisa dipinjam secara gratis.
“Dulu saya menggunakan motor pinjaman dari Kang Emik Street Limawatt yang juga aktivis Perpusjal. Karena tak enak pinjam terus-menerus, akhirnya sejak tiba bulan lalu motor saya kembalikan,” ungkapnya, Kamis (9/2) siang.
Pria berumur 30-an tahun ini sejak setahun terakhir memang menjadi relawan literasi. Bermodalkan sekitar 200 judul buku yang ia kumpulkan sedikit demi sedikit, ia memberanikan diri membuka Perpusjal. Saban hari dirinya berkeliling menemui anak-anak untuk diajak membaca, belajar menggambar, hingga meminjam beragam bacaan secara gratis.
“Memasuki bulan Oktober 2016, jumlah buku sudah mencapai 400-an berkat sumbangan para donatur termasuk teman-teman Kompasianer. Setelah itu, saya berani mendirikan rumah baca di 3 titik semuanya berada di Desa Bayalangu,” jelas Robi.
Dukungan para donatur serta aktivis Perpusjal lainnya, lanjut Robi, memang sangat bermanfaat bagi pergerakan literasi di Cirebon. Pasalnya, dengan kehadiran rekan sesama pegiat perpustakaan, dirinya merasa terpacu untuk lebih getol menyebarkan virus literasi. Kendati sebenarnya terdapat perpustakaan milik pemerintah daerah, anak-anak di pedesaan sulit menjangkaunya.
“Pak Nirwan Arsuka selaku pendiri Pustaka Bergerak Indonesia bukan hanya memberikan support pada Perpusjal di seluruh Republik ini, namun, beliau juga menjadi inspirasi saya agar tak mengenal lelah menyebarkan literasi,” tuturnya.
Demikian pula dukungan masyarakat di desanya, Robi merasakannya. Di mana, selain cukup banyak warga yang bersedia menyediakan tempat bagi rumah baca, sekarang beberapa anak muda juga telah mengikuti jejaknya ikut aktif dalam gerakan menyebarkan literasi. Mereka menekuni dunia ini tanpa ada yang memaksa, melainkan kesadaran sendiri untuk mencerdaskan anak-anak di pinggiran.
Membutuhkan Bantuan Motor Bekas
Robi yang sehari-harinya bekerja sebagai buruh proyek, mengaku tak mempersoalkan kesulitan ekonomi yang mendera keluarganya. Sebab, menurutnya, rejeki bisa datang melalui beragam pintu. Apalagi, istrinya yang bernama Ami Khumaria selalu mendukung sepenuhnya segala langkahnya. “Kadang kalau pas proyek libur, saya berjualan minuman seperti kopi, susu maupun teh di malam hari,” jelasnya.
Padahal, berdasarkan pengamatan di lapangan, ternyata Robi tak hanya sekedar meminjamkan buku-buku terhadap anak-anak. Namun, ia juga menyediakan kertas karton dan peralatan menggambar. Pasalnya, selain aktivitas membaca, cukup banyak anak yang belajar melukis menggunakan pensil di lapaknya.