Lihat ke Halaman Asli

Bambang Setyawan

TERVERIFIKASI

Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Menelusuri Keangkeran Barak Militer Peninggalan Belanda

Diperbarui: 14 Oktober 2016   17:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gerbang barak militer Bantir (foto: dok pri)

Orang menyebutnya barak militer Bantir, namun nama sebenarnya adalah Komando Latihan Rindam IV Diponegoro yang terletak di Desa Bantir, Sumowono, Kabupaten Semarang. Ada hal menarik atas berbagai bangunan peninggalan pemerintahan kolonial Belanda tersebut, yakni keangkerannya. Sejauh mana kebenarannya, berikut penelusurannya.

Karena fungsinya sebagai tempat latihan, maka barak militer yang menempati lahan 4,3 hektar ini banyak berdiri bangunan-bangunan khas serdadu. Masing- masing barak berukuran 8 x 50 meter, dengan cat hijau tentara, pintu mau pun jendelanya lebar khas bangunan Belanda. Tiap barak bisa untuk tidur sekitar 100 orang. Ada kesan angker yang teramat akut, kendati di siang hari. Padahal, tidak satu pun personil militer terlihat.

Sudah sejak lama berita tentang keangkeran barak militer beredar, kendati begitu, untuk menelusurinya selalu tertunda. Hingga, setelah memilih waktu longgar, akhirnya terealisasi juga mengunjungi bekas markas pasukan Kaveleri Belanda yang berada di ketinggian 930 mdpl tersebut. Begitu tiba di lokasi, udara dingin langsung merasuk kulit, maklum cuaca lagi tak ramah. Jalanan basah, usai diguyur hujan.

Barak bagian barat yang mampu menampung 100 orang (foto: dok pri)

Di pintu gerbang bertuliskan Kolat Rindam IV Diponegoro, tak tampak adanya penjaga seperti galibnya lingkungan militer. Portal yang ditutup, hanya ditunggui tiga anak muda. Saat ditanya, ternyata mereka adalah mahasiswa senior salah satu perguruan tinggi swasta asal Kota Semarang yang tengah menunggui para junior dalam rangka penutupan masa orientasi mahasiswa baru. Setelah berbasa basi, akhirnya saya diijinkan memasuki areal komplek yang didominasi warna hijau itu.

Berkeliling seluruh lokasi barak militer, akhirnya di barak paling barat bertemu dua laki- laki tengah melakukan pembibitan di lahan bawah bangunan. Dalam perbincangan inilah terungkap betapa angkernya bekas markas serdadu Belanda yang bentuk fisik bangunannya masih sangat kokoh. “Kalau soal angker, seluruh warga kecamatan Sumowono mengetahuinya mas. Sejak jaman dulu ya memang seperti itu,” kata Sardi (sebut saja begitu) sembari membenamkan benih tanaman ke dalam tanah.

Menurut Sardi, setiap ada kegiatan di barak militer yang melibatkan pelajar, mahasiswa mau pun anggota TNI AD, bisa dipastikan terjadi kesurupan. Bahkan, terkadang yang dirasuki roh halus tak hanya satu atau dua orang saja. “Pernah terjadi, sepuluh orang mengalami kesurupan secara bersamaan,” ungkapnya.

Mushola dan fasilitas lain juga berwarna hijau (foto: dok pri)

Ini Pantangannya
Dikatakan, saat siswa SMK Negeri 6 Kota Semarang menggelar kegiatan di sini, sedikitnya 7 anak mengalami kesurupan. Seperti layaknya orang kerasukan makhluk halus, mereka bertingkah di luar nalar. Ada yang mengaum mirip harimau, ada yang bersikap seperti serdadu Belanda hingga berteriak- teriak tak jelas. “Kalau sudah begitu, biasanya Pak Sapari yang turun tangan,” jelasnya sembari menambahkan bahwa Sapari merupakan kepala perwakilan Kolat Rindam IV Diponegoro, berpangkat Serma TNI AD.

Begitu pun dengan rombongan mahasiswa asal Kota Semarang yang tengah menggelar perkemahan dengan melibatkan ratusan orang. Ketika kegiatan belum melewati tengah malam, tiba- tiba 10 orang peserta mengalami kesurupan. Lucunya, ternyata dalam dunia roh halus, terdapat 'komandan' yang memimpin pasukannya. Hal itu terlihat pada salah satu mahasiswi yang disebut oleh 9 orang lainnya sebagai Nyai. Saat 9 orang itu bertingkah tidak terkendali, namun, setiap melewati Si 'Nyai' selalu mengucapkan kata permisi sembari menyembah.

Begini sepinya areal barak militer Bantir (foto: dok pri)

Biasanya, roh jahat yang merasuki raga akan ditanya apa maunya. Jawabannya beragam, ada yang meminta agar kamar mandi dibersihkan, peserta diminta jangan berkata- kata kotor, minta rokok hingga larangan peserta jangan membuat kegaduhan. “Makanya setiap ada kegiatan di sini, seluruh peserta selalu diberi pengarahan. Meski begitu, tetap saja ada yang melanggarnya,” kata Sardi.

Apa yang disampaikan oleh Sardi, dibenarkan seorang pemilik warung makan sate kelinci di dekat pasar Sumowono. Di tahun 2009, sutradara Yadi Sugandi mengambil lokasi barak militer Bantir untuk shooting film berjudul Merah Putih yang dibintangi Lukman Sardi, Donny Alamsyah, Zumi Zola dan beberapa artis lainnya. Sebagai orang modern, Yadi kurang percaya terhadap hal- hal berbau takhayul. Akibatnya, selama berlangsungnya pengambilan gambar, kru produksi selalu diganggu. “Bentuk gangguannya beragam, ada yang kesurupan, diesel tidak mau menyala, pemain mendadak tak enak badan. Pokoknya macam- macam,” terangnya.

Barak bagian depan yang dekat jalan raya (foto: dok pri)

Untuk menguji keterangan- keterangan ini, rasanya tak elok bila tanpa mengonfirmasi pada Serma Sapari. Lantas, apa jawaban pria kelahiran Purworejo tersebut? “Saya tidak percaya dengan hal- hal seperti itu, kendati kesurupan memang kerap terjadi di sini. Namun, saya berfikir positif saja. Mungkin saja orang yang kesurupan mengalami stress akibat padatnya kegiatan di sini,” jelasnya.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline