Lihat ke Halaman Asli

Bambang Setyawan

TERVERIFIKASI

Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Kupat Tahu Kuliner Khas Magelang Klangenan para Jendral

Diperbarui: 24 Agustus 2016   15:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kupat tahu Magelang (foto: dok pri)

Mungkin dianggap berlebihan, bila disebut nyaris semua Jendral pernah menikmati kupat tahu,  yang murah meriah . Namun, kalau yang dimaksud  adalah Jendral berbagai angkatan yang sempat digembleng di Akmil, ya bisa jadi benar adanya. Pasalnya, saat menjadi taruna, mayoritas mereka pernah mencicipi kuliner khas Kota magelang tersebut.

Ketika para Jendral masih berstatus taruna, sebelum masuk ke matra masing- masing, mereka menempuh pendidikan dasar di Akmil Magelang. Karena bosan dengan menu di asrama, saat keluar “kandang”, bisa dipastikan mereka berupaya mencari kuliner lain yang tentunya terjangkau. Pilihannya, apa lagi kalau bukan kupat tahu. Selain harga kompromi, juga padat gizi. Lengkap sudah.

Kupat tahu paling terkenal di Kota Magelang berada di Jalan Tentara Pelajar atau selatan alun- alun, di mana, kendati bentuk warungnya sejak dulu sangat sederhana. Namun, makanan berat yang dilabeli Kupat Tahu Pojok ini merupakan langgan mantan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Setiap kali ke Magelang, beliau selalu menyempatkan menyantap kolaborasi kupat, tahu, bakwan, sayuran dan bumbu kacang itu.

Warung kupat tahu langganan SBY (foto: dok pri)

Kupat Tahu Pojok, letaknya berdampingan dengan warung- warung lainnya. Untuk parkir, pengunjung harus memarkirkan mobilnya di jalanan, berderet- deret. Warung milik bu Kuntari sejak jaman Jepang relatif tak pernah mengalami perubahan. Baik meja, bangku dan bentuk warungnya tetap sama. Yang membuat orang betah, kondisinya bersih serta rapi. Di bagian dinding, terdapat beberapa foto mantan petinggi negeri, termasuk SBY saat tengah menikmati kuliner ini.

Menurut bu Kuntari, Warung Kupat Tahu Pojok sudah dirintis oleh kakeknya di tahun 1942. Setelah sang kakek tiada, bisnis kuliner ini diteruskan orang tuanya dan berlanjut pada dirinya. Jadi, selama 74 tahun menekuni kupat tahu, pengelolanya sudah berganti tiga kali. Ia merupakan generasi ke tiga yang tetap menjaga cita rasa sekaligus mempertahankan harga jualnya yang murah meriah.

Di luar warung milik bu Kuntari, kupat tahu banyak ditemui baik di Kota magelang mau pun Kabupaten Magelang. Warung- warung ciri khasnya hampir sama, yakni menempati bangunan sederhana, menggunakan spanduk MMT dan harganya selalu terjangkau. Kisaran harga sekarang antara Rp 7.000- Rp 10.000 se porsi yang dijamin mampu mengganjal perut dalam kondisi darurat mau pun normal.

Tidak jelas, sejak kapan kupat tahu menjadi kuliner andalan Magelang. Yang pasti, mulai jaman pemerintahan kolonial Belanda bercokol di Republik ini, masyarakat telah mengenalnya. Bila dulunya banyak dijajakan menggunakan angkring yang dipikul dan gerobak, setelah orde baru berkuasa, para pedagang memilih menetap di satu tempat karena menganggap pelanggan bakal datang sendiri.

Biar mudah menyajikan, disiapkan lebih dulu (foto: dok pri)

Punya Enam Cabang

Kendati kupat tahu bisa dikata bisnis kuliner ecek- ecek, namun ada hal yang menarik. Dalam sejarah perkupatan, belum pernah terjadi seorang pedagang kupat tahu mengalami kebangkrutan akibat sepi pembeli. Mayoritas, semua laku dan tetap eksis hingga sekarang. Di sini, ada perbedaan, terdapat pedagang yang stagnan, tetapi tak sedikit yang berinovasi

Kupat tahu pak Larto buka sampai malam (foto: dok pri)

Salah satu pedagang yang terus berinivasi adalah Kupat Tahu Pak Manthok, saat ini, dengan menyewa kios- kios sederhana, ia memiliki enam cabang. Warungnya tersebar mulai Tegalrejo, Kabupaten magelang hingga Tempuran jalan raya menuju Purworejo. Ibarat menjaring ikan di laut, dirinya berupaya menebar jala semaksimal mungkin. Hebatnya, semua warungnya tetap berjalan dan tidak mengenal kosa kata sepi.

Dalam kalkulasi sederhana, bisnis kuliner yang harga jualnya terjangkau semua lapisan ini memang lumayan menggiurkan. Bahan baku yang terdiri atas bumbu kacang, sayuran kol, tahu, kupat, bakwan dan kerupuk, maksimal nilainya hanya Rp 4.000. Setelah diolah, semisal dijual seharga Rp 8.000, maka keuntungannya 100 persen atau Rp 4.000 perporsi.

Kupat tahu pak Manthok yang punya 6 cabang (foto: dok pri)

Menurut salah satu penjaga warung Kupat Tahu pak Manthok, dalam sehari rata- rata habis 50 porsi. Bila margin Rp 4.000 dikalikan 50 porsi, maka keuntungan yang diraup mencapai Rp 200.000 / hari ! Bayangkan kalau ada enam cabang, maka marginnya tembus Rp 1.200.000 sehari. Wow ! Sesuatu yang ecek- ecek ternyata mau ditekuni dahsyat juga.

Itulah sedikit kupasan tentang kupat tahu kuliner khas Magelang, bila para Jendral saja menjadikan makanan ini sebagai klangenan, masak anda tak ingin mencobanya ? Sekali tempo, pas melewati kota militer ini, cobalah mencicipinya. Nyaris di sepanjang jalur protokol, relatif gampang ditemukan. Yang pasti, ada sensasi gurih, pedas, manis dan dijamin tidak menguras kantong. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline