Lihat ke Halaman Asli

Bambang Setyawan

TERVERIFIKASI

Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Siput ini Selalu Hadir di Setiap Aksi Sosial

Diperbarui: 28 Juli 2016   12:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Almarhum Santo Handoyo mengendalikan Siput (foto: dok Hanna)

Siput adalah sahabat para relawan Komunitas Gugur Gunung Salatiga Peduli (KGGSP) Kota Salatiga, kendati umurnya sudah uzur, namun sosoknya selalu hadir di setiap aksi sosial. Baik bencana, musibah alam hingga yang paling ringan bedah rumah pun, keberadaannya sangat dibutuhkan.

Ya, Siput sebenarnya merupakan sebuah kendaraan type Jeep keluaran pabrik otomotif Daihatsu yang usianya sudah di atas 20 tahun. Almarhum Santo Handoyo, pendiri KGGSP menerima hibah dari Ir Tri Susilobudi, seorang mantan pejabat di Kota Salatiga yang belakangan menjadi pembina kelompok relawan tersebut. “ Kenapa disebut Siput, karena warnanya putih trus biar gampang dijuluki seperti itu,” kata Hanna, seorang gadis muda yang menjadi relawan di KGGSP.

Setelah menerima hibah berupa mobil jenis Taft lawas, almarhum Santo mengubah total kondisi fisik kendaraan asal Jepang itu. Selain bodynya dibentuk lebih panjang, catnya juga diganti warna putih. Selanjutnya, Siput difungsikan menjadi ambulan gratis bagi warga Salatiga. “ Cukup lama Om Santo mengoperasionalkan Siput jadi ambulan. Setelah banyak ambulan gratis di Salatiga, Siput berubah fungsi jadi kendaraan resque,” tukas Hanna.

Angkut bambu menuju lokasi bencana (foto: dok Hanna)

KGGSP sendiri kata Hanna, merupakan komunitas relawan kemanusiaan Kota Salatiga yang dibentuk oleh almarhum Santo Handoyo di tahun 2006 lalu. Di mana, saat itu terjadi bencana gempa dahsyat di wilayah Yogyakarta. Santo yang memang sebelumnya aktif di berbagai misi kemanusiaan, bersama puluhan relawan akhirnya mendirikan Komunitas Salatiga Peduli (KSP) sebagai wadah segala bentuk kegiatan sosial.

Santo bersama puluhan relawan KSP, melakukan penggalangan bantuan berupa apa pun dan merapat ke Yogyakarta. Tak sekedar memberikan materi, para relawan juga berhari- hari berada di lokasi musibah guna membantu memperbaiki rumah- rumah warga. Berangkat dari aksi kemanusiaan tersebut, belakangan personil KSP selalu hadir di setiap bencana. Mulai tanah longsor, banjir hingga gunung meletus. “Pada setiap kegiatan berbau kemanusiaan, ternyata banyak elemen masyarakat Salatiga lainnya yang ikut nimbrung dan berperan aktif,” kata Hanna mengutip keterangan almarhum Santo.

Angkut batu belah untuk bedah rumah (foto: dok Hanna)

Memiliki Pendamping

Karena banyaknya elemen masyarakat yang tergabung, akhirnya Santo yang biasa disapa dengan panggilan Mbah Santo, melebur KSP menjadi KGGSP. Penambahan unsur gugur gunung sengaja ditambahkan untuk menegaskan bahwa KGGSP yang dipimpinnya merupakan suatu aktifitas yang melibatkan orang dalam jumlah besar. Gugur gunung sendiri, di kalangan masyarakat pedesaan dikenal sebagai kegiatan gotong royong (kerja bhakti).

Seringnya KGGSP mengikuti aksi sosial di berbagai daerah,akhirnya Santo berupaya mendapatkan kendaraan taktis sebagai pendukung. Setelah melalui pembicaraan dengan pembinanya, belakangan KGGSP menerima hibah sebuah mobil Daihatsu Taft tua.Semenjak saat itu, kendaraan gaek tersebut  menjadi andalan aktifis lingkungan di Kota Salatiga. Kendati labelnya ambulan, namun, prakteknya dijadikan tumpangan apa pun. “ Setelah banyak ambulan gratis bermunculan, akhirnya mobil diubah menjadi kendaraan serba guna,” tutur Hanna.

Menuju lereng Merbabu angkut pralon (foto: dok Hanna)

Pengertian serba guna, lanjut Hanna,  Siput dimanfaatkan untuk angkutan apa pun. Dari mulai manusia sakit, kompos, bibit tanaman, pralon bahkan batu belah. Pokoknya semua yang bisa diangkut ya dimasukkan. Begitu pula di setiap terjadi bencana, Siput selalu hadir tanpa memilah. Ketika almarhum Santo masih sehat, ia jadi pawang Siput. Setelah dirinya meninggal, pengemudi Siput bergantian. Siapa pun aktifis KGGSP, boleh berada di belakang stir.

Ada sisi menarik dari keberadaan Siput yang usianya sudah uzur ini, kendati menempuh segala medan berat, namun tak pernah mengalami “sakit” parah. Padahal, medan yang dirambahnya meliputi lokasi banjir, tanah longsor hingga perbukitan. Begitu pun ketika punggungnya dibebani barang yang beragam, meski terseok- seok, tidak ada keluhan. Siput benar- benar sahabat alam.

Kalau bibit tanaman, saban hari diangkut (foto; dok Hanna)

Setelah bertahun- tahun beraksi, belakangan Siput memiliki pendamping, yakni “Black” dan “Tank”. Tiga serangkai tersebut kerap muncul di segala bencana, “Black” adalah Land Lover Long chassis yang dibalut cat warna hitam legam , sedangkan “Tank” merupakan Kijang kotak yang dimodifikasi mirip sebuah tank. Semua kendaraan sahabat Siput fungsinya untuk rescue. “ Jadi kalau ada bencana di tanah Jawa, orang tak perlu heran dengan kehadiran Siput, Black dan si Tank,” ungkap Hanna mengakhiri perbincangannya.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline