Tulisan humor (Tumor) di kanal Kompasiana sebenarnya sudah diberangus, mungkin karena dianggap kurang menarik bagi pembaca. Kendati begitu, ada fakta menarik . Selama enam hari, artikel guyonan mampu “memaksa” orang membacanya hingga 153.000 kali !
Bila artikel tentang politik atau mengenai Presiden Joko Widodo yang diberi stampel admin Headline, minimal Pilihan berhasil menjadi magnet bagi orang untuk membacanya, itu hal lumrah. Begitu pun tulisan berbau esek- esek, laris manis wajar adanya. Namun, yang saya tayangkan hanyalah Tumor, biasanya dimonopoli Mbah Jati Kumoro, Pak Nur Setiono, Pak Edy M. Sunarto mau pun AAA.
Tumor yang berbicara mengenai SIM tidak perlu diperpanjang ini, saya tayangkan hari Selasa (24/5) pk 21.44, satu jam kemudian nangkring di Nilai Tertinggi meski tanpa stempel apa pun dari admin. Hingga tengah malam, agar tak boros di pulsa modem, saya langsung menutup layar komputer. Sempat saya lihat, terbaca 700 kali dan share facebook 16 kali. Lumayan untuk ukuran artikel guyonan (baca : keputusan-pemerintah-sim-tidak-perlu-diperpanjang).
Hingga hari Minggu (29/5) siang, ketika saya secara iseng membuka artikel ini, saya terheran- heran. Pasalnya, angka kunjungan mencapai 98.871 ! Sedang share melalui facebook menembus angka 15.342. Wow ! Jangan- jangan keliru mesin pencatatnya, karena saya harus keluar kota, layar pun langsung saya tutup kembali.
Sehari berikutnya, Senin (30/5) saya kembali membuka Kompasiana untuk menjawab komen- komen yang masuk pada artikel terakhir saya. Setelah selesai, saya berkeliling ke lapak rekan- rekan sekedar membalas silaturahmi. Usai muter- muter, iseng- iseng kembali saya buka Tumor tentang SIM, hasilnya, angka kunjungan melesat menjadi 153.000 an dan share facebook tembus 27.448 ! Celakanya, angka- angka tersebut terus bergerak naik.
Kelirumologi dan Humorologi
Sebelum Tumor berjudul Keputusan Pemerintah SIM tidak Perlu Diperpanjang saya luncurkan, sebelumnya saya sudah menayangkan masalah SIM pada hari Rabu (18/5) tentang dihilangkannya masa tenggang berlakunya SIM. Di mana, artikel ini dibaca 12.780 kali dan share facebook 1.621 (baca: tahukah-anda-masa-tenggang-sim-ditiadakan).Padahal, artikel tersebut dalam waktu 12 menit sudah distempel admin Pilihan serta Headline.
Dari sini terlihat bahwa artikel serius yang mendapat kasta tertinggi dari admin, ternyata kalah jauh dibanding Tumor yang tanpa stempel apa pun. Artinya, persepsi bahwa Tumor kurang laku di Kompasiana sebenarnya tidak seluruhnya benar, Begitu pun artikel yang diapresiasi admin, belum tentu mampu menjaring pembaca dalam jumlah besar. Terkait hal tersebut, kiranya stempel Pilihan mau pun Headline jangan menjadikan diri kita tersandera.
Kembali pada Tumor terkait SIM, analisa saya mengatakan ratusan ribu pembaca terjebak pada judul dan 90 persen isi. Di mana, untuk menjerat pembaca, saya menggunakan perangkap judul selanjutnya pengupasan tentang Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahyo Kumolo, Jumat tanggal 29 Januari 2016 telah menerbitkan dua Surat Edaran (SE) terkait perberlakuan KTP Elektronik yang berlaku seumur hidup. Dalam SE bernomor 470/295/SJ tersebut, ditujukan pada para Menteri Kabinet Kerja dan pimpinan lembaga non kementerian.
Sedangkan SE bernomor 470/296/SJ yang juga dikeluarkan tertanggal 29 Januari 2016, ditujukan pada Gubernur dan Bupati/Walikota seluruh Indonesia. Dengan keluarnya keputusan tersebut, maka seluruh pemegang KTP Elektronik tidak perlu repot- repot memperbaharuinya. Bila ada kepala daerah yang nekad mengeluarkan beleid perpanjangan, hal tersebut sangat diharamkan.
Barulah di akhir artikel, Tumor yang sebenarnya saya munculkan. Efeknya, banyak pembaca yang tertipu mentah- mentah. Bahkan di belasan ribu akun facebook, komen- komen yang bermunculan mayoritas bersungut- sungut menahan jengkel. Rupanya keberadaan SIM bagi pengguna jalan raya memang teramat sangat vital, terbukti, umpan yang dilempar langsung dicaplok.