Lihat ke Halaman Asli

Bambang Setyawan

TERVERIFIKASI

Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Reuni Akbar ala Warga Salatiga di Jakarta

Diperbarui: 21 Mei 2016   17:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Maskot Temu Dulur Solotigo 2016 (foto: dok pri)

Kendati ribuan warga Kota Salatiga yang merantau ke Jakarta sudah berpuluh tahun tinggal di ibu kota, namun, jalinan silaturahmi antar mereka tak pernah putus. Minimal 3 tahun sekali, selalu digelar reuni akbar yang diprakarsai oleh Paguyuban Warga Salatiga (Pawarsa). Berikut sedikit catatannya.

Pawarsa Jakarta yang dikomandani Azis Said, sebenarnya sudah berkembang ke berbagai daerah. Tercatat, Cilacap, Yogyakarta, Surabaya, Bandung hingga Batam telah terbentuk kepengurusannya dengan anggota minimal 1.000 orang. Sedang di Jakarta sendiri, anggota yang tercatat mencapai 10.000 orang yang tersebar baik di ibu kota sendiri mau pun Depok, Tangerang, Bekasi dan Bogor.

Hajatan tiga tahunan yang selalu dikemas dengan label Temu Dulur Solotigo  ini, berlangsung di Taman Bunga Wiladatika, Cibubur, Jakarta Timur  dengan ketua panitia Endi Aras Agus Riyono, sang pemilik sekaligus penggagas berdiri Gudang Dolanan Indonesia di Depok, Jawa Barat. Pria pendekar (pendek tapi kekar) yang juga mantan wartawan seni, musik serta budaya tersebut memang aktif dalam setiap kegiatan Pawarsa. Selain sigap bergerak, ia dianggap mempunyai jaringan pertemanan yang luas.

Ketua panitia bersarung selfie dengan maskot (foto: dok pri)

Untuk menyiapkan gawe besar Temu Dulur Solotigo 2016, jauh- jauh hari Endi sudah bergerak ke sana – sini. Beberapa pentolan Pawarsa di berbagai kota dikontaknya, demikian pula beberapa pejabat penting di Salatiga rutin dikonfirmasi. Hasilnya, cukup memuaskan. Keluarga besar Roy Marten memastikan bakal hadir, demikian pula Djito Kassilo pendiri Marimenyani.com dan tokoh- tokoh lainnya. “ Setelah mereka dipastikan hadir, saya jadi lega,” tukas Endi.

Dibantu para relawan yang juga berasal dari Salatiga, ikut disiapkan berbagai sarana pendukung mulai beragam permainan tradisional, panggung musik dan tak ketinggalan kuliner khas Salatiga seperti sambal tumpang, tahu campur, soto ayam hingga ronde. Tidak ketinggalan ikut didirikan stand- stand yang memang dikhususkan untuk penjualan souvenir mau pun makanan ringan asal Salatiga.

Emak- emak yang bergaya dengan kaos kebanggan (foto: dok pri)

Gelak Tawa dan Canda

Hingga hari yang dinanti tiba, sejak pagi ratusan warga Salatiga perantauan mulai berdatangan ke lokasi Temu Dulur Solotigo 2016. Seperti galibnya silaturahim akbar, maka masing- masing warga ikut menggandeng keluarganya. Bak dikudeta, areal Taman Air Bunga  Wiladatika dikuasai sepenuhnya anggota Pawarsa. Obrolan dalam bahasa Jawa mendominasi percakapan, seakan mereka tengah berada di kampung halamannya. Tawa dan canda merebak di segala penjuru taman. Apa lagi emak- emaknya, heboh banget.

Roy Marten yang memang selalu menjadi magnet di setiap acara Temu Dulur, dikerubuti warga. Selain permintaan selfie bareng, Roy juga dipaksa meladeni obrolan menggunakan bahasa kampung. Kendati begitu, bintang film tahun 80 an itu tetap meladeninya sembari mengumbar senyum. Mungkin pikirnya, toh hanya tiga tahun sekali.

Roy Marten baju putih tetap jadi magnet (foto: dok pri)

Endi sang penjaga gawang Temu Dulur Solotigo 2016, di tengah acara pagelaran hiburan, langsung memulai beragam permainan tradisional. Mulai dari lempar sarung, bakiak , egrang batok hingga egrang bambu. Pada saat bakiak dimainkan, gelak tawa pun langsung bergemuruh. Pasalnya, permainan ini harus dimainkan oleh empat orang secara bersamaan. Bila salah satu tidak kompak, akibatnya peserta lainnya bakal terjungkal karena tali bakiaknya menyatu satu dengan lainnya.

Emak- emak terjungkal main bakiak (foto: dok pri)

Begitu pun dengan maskot Temu Dulur Solotigo 2016,  berupa gambar bus Esto yang dicetak ukuran raksasa, praktis diserbu warga. Mayoritas mereka berselfie di belakang gambar sehingga terkesan menjadi penumpang bus, pasalnya, kendati hanya berupa gambar namun sengaja direkayasa agar terlihat seperti aslinya. Untuk yang satu ini, kreatifitas panitia layak diacungi jempol.

Menjelang makan siang, gantian stand kuliner dikeroyok habis- habisan. Maklum, selama di Jakarta mereka tak pernah menikmati menu sambel tumpang koyor. Khusus menu ini, penitia sengaja mendatangkan koki dari Salatiga. Hal tersebut tidak sia- sia, terbukti dalam tempo singkat lauk padat kolestrol itu langsung ludes. “ Salah satu kuliner yang ga bisa ditemui di mana pun ya sambel tumpang koyor ini,” ujar salah satu warga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline