Lihat ke Halaman Asli

Bambang Setyawan

TERVERIFIKASI

Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Begini Cara Salatiga Melestarikan Orkes Keroncong

Diperbarui: 22 Maret 2016   20:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Pementasan rutin keroncong di Kanopi Pasar Raya II Salatiga (foto: dok pribadi)"][/caption]Saat berbagai genre musik mengalir deras ke tanah air, keberadaan Orkes Keroncong (OK) nyaris terabaikan. Kendati begitu, hal ini tidak terjadi di Kota Salatiga. Sedikitnya ada 30 an kelompok OK yang tetap eksis dan saban bulan secara bergantian tampil di Kanopi Pasar Raya II.

Pagelaran musik keroncong di Kanopi Pasar Raya II yang terletak di Jalan Jendral Sudirman ini, sebenarnya digawangi oleh Dewan Kesenian Salatiga (DKS). Menurut Ketua DKS, Djisno Zero, seluruh kelompok OK yang ikut pementasan, sama sekali tidak menerima honor sepeser pun. "Kami hanya menyediakan snack dan minuman saja,” ungkapnya, Selasa (22/3) sore.

Karena tujuannya ikut melestarikan keberadaan keroncong yang merupakan budaya asli Indonesia, maka para peserta pagelaran mayoritas sudah merasa senang ada pihak yang mengakomodir puluhan OK di Salatiga. Semisal tak dibatasi, setiap pementasan pesertanya bisa mencapai di atas 10 kelompok OK. “Dalam setiap pementasan, maksimal kami hanya menampilkan lima kelompok OK,” tukas Djisno.

Menurut Djisno, di Kota Salatiga terdapat sekitar 30 OK yang tersebar di berbagai Kelurahan. Para buaya keroncong tersebut, secara rutin berlatih seminggu sekali. Untuk memenuhi kebutuhannya, termasuk peralatan musik, biasanya dilakukan swadaya. “Setiap latihan, biasanya disediakan kotak kas. Masing- masing personil memberikan sumbangan sekadarnya,” jelasnya.

[caption caption="OK Ki Penjawi saat tampil di Resto Joglo Ki Penjawi (foto: dok pribadi)"]

[/caption]Apa yang disampaikan Djisno, ternyata dibenarkan oleh Wiyarso (60) pensiunan PNS yang sejak muda memang kerap bergumul dengan aliran keroncong. Ia yang merupakan pentolan OK Ki Penjawi, tiap hari Sabtu malam selalu tampil di Resto Joglo Ki Penjawi. Selain itu, dirinya kerap terlibat berbagai event lomba keroncong. “Baik sebagai panitia, mau pun juri,” ungkapnya.

Musik keroncong di Salatiga, lanjut Wiyarso, dalam dua tahun belakangan mencapai perkembangan yang signifikan. Bila sebelum tahun 2014, mayoritas pemainnya merupakan orang- orang tua ( usia di atas 55 tahun), secara perlahan ternyata mampu menarik minat anak- anak muda. Bahkan, sekarang ini, hampir separuh pemain keroncong, terdiri anak muda dengan rentang usia antara 25- 40 tahun.

[caption caption="Lomba lagu keroncong di Hotel Laras Asri (foto: dok Wiyarso)"]

[/caption]KPK UKSW

Pembinaan terhadap pecinta keroncong, menurut Wiyarso, tak lepas dari peran pihak swasta. Di mana, selain DKS yang rutin menggelar pementasan OK di Kanopi Pasar Raya II, beberapa pihak seperti Hotel Laras Asri mau pun Resto Joglo Ki Penjawi kerap mengadakan lomba lagu keroncong. Event musik keroncong tersebut direalisasi secara berkesinambungan, hampir tiga bulan sekali selalu digelar.

Penjelasan Wiyarso memang benar adanya, saat saya bertandang ke kampung Kalitaman, saya melihat beberapa anak muda tengah berlatih di malam hari. Mereka yang tergabung dalam OK Setia Kawan, setiap malam Jumat secara rutin menggelar latihan. Konon, kendati sepi order, mereka tetap disiplin mengasah kemampuannya. “Kalau dirasakan dengan sesungguhnya, music keroncong itu sangat nikmat,” kata salah satu personil OK Setia Kawan, bernama Agus.

[caption caption="OK Setia Kawan tengah berlatih (foto: dok Agus)"]

[/caption]Demikian pula dengan OK Satria Muda yang bermarkas di kampung Kemiri, pada awal terbentuk anggotanya yang berjumlah 15 orang  usianya mayoritas di bawah 40 tahun. Mempunyai jadual latihan setiap Sabtu malam, kelompok ini belakangan bertekad menggelar regenerasi. Pasalnya, personil OK Satria Muda yang sekarang usia pemainnya sudah mencapai di atas 50 tahun semua.

Nikmatnya bermusik keroncong, ternyata juga menarik minat para mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga, setelah melakukan perekrutan, mereka membentuk OK KPK ( Keroncong Pemuda Kekinian) yang tak pernah absen saat kampus menggelar hajatan. Seperti galibnya anak muda, lagu-lagu yang mereka pertontonkan merupakan lagu pop yang diubah aransemennya atau lagu ciptaan sendiri yang tentunya sarat kritik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline