Lihat ke Halaman Asli

Bambang Setyawan

TERVERIFIKASI

Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Awas Gendam Mengancam Anda

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14278793111011860280

[caption id="attachment_407060" align="aligncenter" width="560" caption="Ilustrasi Gendam (Foto: Ist)"][/caption]

Ny Muflikah (55) warga Desa Rowo Ganjar RT 02 RW 02, Banyubiru, Kabupaten Semarang terduduk lesu di Mapolsek Sidorejo, Kota Salatiga. Ia barusan jadi korban kejahatan gendam sehingga menderita kerugian sebesar Rp 8 juta.

Harta sebesar Rp 8 juta itu terdiri atas uang tunai dan sejumlah perhiasan yang dipakainya. Hebatnya, pelaku yang berjumlah dua orang sempat membawa Ny Muflikah ke salah satu gerai ATM. “ Di ATM, dengan dipandu pelaku, korban tanpa sadar menarik uang tunai sebesar Rp 3 juta,” kata Kapolsek Sidorejo, AKP Jumeri, Rabu (1/4).

Nasip naas yang menimpa Ny Muflikah, berawal dari keinginannya membeli obat di Apotik Vitra yang terletak di Jalan Diponegoro, Kota Salatiga. Usai mendapatkan obat, ia berniat akan belanja keperluan rumah tangga. Saat berada di halaman Apotik, mendadak ada seorang pria berumur 50 an tahun, menghampirinya sembari tersenyum.

Ketika pria itu menjulurkan tangannya mengajak bersalaman, Ny Muflikah tanpa curiga langsung menyambutnya. Sambil menepuk pundaknya, pelaku mengatakan bahwa dirinya akan mencari panti asuhan untuk memberikan sumbangan. “ Selesai jabat tangan, saya diajak masuk ke mobil yang sudah ada sopirnya,” jelasnya.

Tak jelas apa yang terjadi selanjutnya, sebab, Ny Muflikah tidak mampu mengingat secara jelas. Ia hanya mengaku di dalam mobil, pelaku meminta isi dompetnya dan mempreteli perhiasan yang dia pakai. “ Saya baru sadar ketika diturunkan di Jalan Ahmad Yani,” tuturnya.

Tips Aman

Apa yang menimpa Ny Muflikah, bisa menimpa siapa pun, termasuk diri anda. Dalam hal ini, saya akan berbagi tips aman dari gendam yang saya dapatkan dari seorang mantan pelaku. Sebut saja namanya Rois (55), ia telah cukup lama malang melintang di dunia gendam. Hingga suatu hari, anak sulungnya meninggal akibat kecelakaan, dirinya langsung bertobat.

Menurut Rois, langkah aman agar terhindar dari kejahatan gendam terdiri atas empat hal. Yang pertama, jangan sekali- kali berjabat tangan dengan orang yang belum anda kenal. Sebab, sentuhan fisik ini merupakan tindakan awal untuk memulai hipnotis. Apa pun dalih yang diungkapkan pelaku, jangan terpengaruh.

Langkah ke dua, jangan biarkan diri anda dalam kondisi fikiran kosong. Usahakan ketika berjalan sendirian, terus aktif mendengarkan sesuatu dari hand phone melalui head set. Yang paling efektif adalah mendengarkan lantunan ayat suci Al quran bagi yang beragama Islam, atau lagu- lagu rohani bagi yang beragama Nasrani.

Ada pun langkah ke tiga, jangan sekali – kali terlibat komunikasi dengan orang yang tidak dikenal. Baik pria mau pun wanita, sebab, banyak “pemain” gendam terdiri dari kalangan wanita. Hal ini sangat penting, sekali anda terlibat obrolan yang tak jelas ujung pangkalnya, maka alam fikiran anda sudah berhasil dipengaruhi pelaku. Artinya, eksekusi tinggal tunggu waktu.

Sedang langkah terakhir, usahakan anda jangan bepergian sendirian. Mayoritas pelaku gendam, selalu menyasar orang- orang yang berjalan sendirian. Dalam hal ini, mereka tidak berhitung soal situasi. Kendati di tengah keramaian pun, mereka berani beraksi. Sebab, menurut Rois, sangat jarang pelaku gendam jadi korban amuk massa. Meski tertangkap polisi pun, hukumannya hanya mencapai kisaran bulan. Karena pasal yang dikenakan yakni pasal 378 KUHP, ancaman hukumannya cuma 4 tahun.

Demikian sedikit tips yang saya bagikan, waspada lebih baik dari pada menyesal setelah kejadian. Yang perlu diketahui, para pelaku gendam memiliki jaringan yang saban hari beraksi di berbagai kota. Sedang sasaran empuk pelaku biasanya kaum wanita, khususnya ibu- ibu. Untuk itu, mengutip istilah almarhum bang Napi : Waspadalah, waspadalah. Kejahatan terjadi dapat terjadi karena ada niat dan kesempatan. Terkait hal itu, jangan beri kesempatan terhadap pencoleng- pencoleng itu. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline