Masih kuingat meski belum sempat kucatat, celoteh riangmu tentang indah Sungai Pasig, ratusan kupu-kupu melenggokkan tari asmara diantara rerimbun hijau angsana tua dan kabutpun menyesap diantara rindang dahannya. Senja itu dinding Intramuros semerah saga, menyergah lamunmu tentang Jogja tercinta.
Aku rindu.. bisikmu, menyelipkan impian pada sel-sel bawah tanah seperti saat kita kelelahan bergandengan tangan sepanjang lorong gelap Gua Selarong. Kita pernah bermimpi sama, menyatukan dua jiwa dalam satu payung kencana melibas hujan lara, memadu cinta sorga. Aku dan kamu menyaksikan anak-anak kita berkejaran didepan Gereja San Agustin, lantas berebut kursi diatas jeepney warna-warni. Hmmm... betapa indahnya....
Kututup laptop...., dan wajahmu menari dalam remang tiga dimensi.
Jogja, 1 Januari 2008
Manila, pada jam yang beda...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H