Lihat ke Halaman Asli

Kidung Etnosia Tampil Angker, Presenter Gagal Berinteraksi dengan Penonton

Diperbarui: 29 Januari 2017   12:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kidung Etnosia, penonton terpukau. Foto Bewe

Orkestra Kidung Etnosia berkolaborasi dengan Grup Kroncong Bunga Nirwana, Sabtu malam, 28/1/2017 menggetarkan Gedung Serba Guna (GSB), Siyono Harjo, Wonosari Gunungkidul. Penikmat seni yang rata-rata pengemar campursari serta ndangdut dibuat terkesima atas penampilan pagelaran seni yang pertama kali dipertontonkan di kota kecil kelas kabupaten.

Orkestra, yang aslinya adalah kebudayaan dunia yang digemari kaum bangsawan di negeri barat, menurut Wahyu Maretha Dwiantari, salah satu penonton yang malam itu mengikuti dari awal hingga pungkas, laiknya digelar di panggung nasional.

“Tidak kurang dari 50 musisi yang dikoordinir Ignatius Bambang Prasetyo seolah mendobrak sekaligus menantang warga Kota Gaplek untuk tidak sebatas mencintai musik lokal,” ujar Wahyu Maretha Dwiantari, mengomentari kebolehan Etnosia-Bunga Nirwana.

Menurutnya dalam pagelaran tersebut  ada gerakan yang sangat dramatis. Bambang Prasetyo, musisi asal Desa Pulutan, Kecamatan Paliyan, Gunungkidul didukung personil lain secara ekspresif berteriak lantang.

“Gunungkidul tidak hanya memiliki seniman tradisional-lokal, tetapi juga seniman berwawasan internasional. Walau Bambang Prasetyo dan kawan-kawan agak sedikit memaksakan diri, pentas malam itu menurut saya terbilang berhasil,” imbuhnya.

Dia menunjuk bukti, penonton yang memenuhi GSB Siyono Harjo saat Kidung Etnosia beraksi, seluruhnya terpukau, tidak ada yang berteriak, apalagi mencemooh.

“Ini sesuatu yang mengejutkan. Tanpa disekenario, aplaus selalu diberikan setelah lantunan lagu berakhir. Sebuah pertanda apresiasi mereka cukup tinggi, atau mereka memang sebatas terheran-heran terhadap pagelaran yang benar-benar baru,” tandas Eta.

Lagu pertama Keroncong Pasar Gambir dibawakan penyanyi andalan Bunga Nirwana, Untung Raharjo. Berikutnya ada Jangkrik Genggong - Caterine, juga Sabda cinta, bersama Sulistyo dan Marisa.

Bambang Prasetyo makin menunjukkan kelasnya, ketika sebagai komposer dia sukses mengaransir secara bersambung tembang dolanan: Jaranan, Gundul-Gundul Pacul, Menthok-Menthok dan Cublak-Cublak Suweng  untuk mengiringi 28 penari cilik.

Meski langit Bumi Handayani malam itu cukup cerah, tidak ada satupun pejabat penting yang menonton, kecuali Komandan Kodim 0730 Gunungkidul Letkol  Muhammad Taufik Hanif, didampingi Mayor Sunaryanto, putra dareah asli Kwarasan, Kedungkeris, Kecamatan Nglipar. Tentara yang satu ini  bertugas di Ibukota, tetapi malam itu dia menyempatkan pulang sekedar untuk menoton kiprah Kidung Etnosia.

Kolaborasi Etnosia-Bunga Nirwana malam itu terbilang sukses. Menurut Maretha, satu kekuranannya, dua Presenter yang mengantarkan pagelaran malam itu terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri, sehinga mereka melupakan penonton.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline