Fungsi Dewan Perwakilan Rakyat secara normatif diatur di dalam Undang-Undang Dasar 1945. Di luar itu anggota dewan bebas berkreasi demi kemajuan bangsa, walau lazimnya jarang dilakukan. Agota DPRD DIY dari Fraksi Golkar, Slamet S.Pd. MM adalah prototipe legesltor yang melakukan terobosan fungsi. Dia juga mengambil peran sebagai inisiator sekaligus motovator bagi masyarakat.
Wahyu Maretha Dwiantari, S.PD.Aud. Guru TK Desa Kelor, Kecamatan Karangmojo menilai, peran tambahan yang diambil politisi Golkar dari Dapil Gunungkidul itu cukup unik dan memberi pencerahan. Menurutnya legeslator seperti Slamet adalah langka.
“Pasal 20A UUD 1945 Ayat 1 menyebutkan, Dewan Perwakilan Rakyat memiliki fungsi legeslasi, fungsi pengawasan dan fungsi anggaran. Di luar ketentuan UUD, secara kreatif anggota DPRD DIY yang satu ini menginisiasi hal yang menurut saya tidak pernah dilakukan oleh legeslator lain,” ulas Wahyu Mareta Dwiantari, Senin, 23/1/2017.
Letupan-letupan pimikiran Slamet, menurut Wahyu senantiasa segar, menggoda, sekaligus menuntun masyarakat di luar konstutuen untuk tergerak berbuat sesuatu yang mengarah pada perbaikan kualitas ekonomi.
“Lebaran Idul Fitri masih lama. Paling tidak, 25 serta 26 Juni itu masih berdurasi 5 bulan ke depan. Eloknya, politisi asal Kecamatan Nglipar yang pernah mengenyam pahit getirnya menjadi guru honorer ini mengajak, juga mempelopori mempersiapkan antisipasi kemungkinan kenaikan sembako,” imbuh Wahyu.
Dikontak terpisah, Slamet, S.Pd. MM. tertawa ngakak tetapi sirius. Dia mengakui, masyarakat oleh pemerintah pada moment penting seperti Idul Fitri, tidak biasa diajak mengantisipasi kenaikan sembako.
“Untuk itu saya mengingatkan agar msyarakat mulai piara ayam, piara kambing, sukur sapi, menanam cabe, atau bawang merah di dalam polybag. Tujuannya, ketika terjadi lonjakan harga, warga tidak terkaget-kaget dan menggerutu menyalahkan pemerintah,” tandasnya.
Slamet mengaku, tidak sebatas mengajak, karena di halaman rumah tinggalnya selain dipenuhi tanaman bunga juga tanaman sayuran, meski curah hujan cukup tinggi, menurutnya tanaman tersebut tetap aman.
“Kini saatnya masyarat untuk berubah. Caranya harus dituntun untuk kreatif,” pungkasnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H