Lihat ke Halaman Asli

Hak Politik Si Miskin Cuma Dipagu Sehari

Diperbarui: 21 Oktober 2016   16:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kegiatan warga miskin didki, dok konfrontasi

Tidak selamanya orang miskin dilupakan. Kalimat simpel ini saya temukan di biografi Ahok petahana yang maju lagi di pilkada DKI Jakarta. Tidak hanya menarik, kalimat tunggal itu sugestif juga persuasif.

Tak dilupakan apanya? Hati dan tangannya untuk dipinjam atau diperah  secara politis, di bulan Februari 2017 besok? Kayaknya itu terlalu lumrah. Ahok, Anies dan Agus sama-sama merebut simpati, bagaimana orang miskin mau menyukainya.

Loh, apa di DKI Jakarta itu masih ada orang miskin to? Kan deket banget sama rumah Presiden. Bukan  kebetulan to? Presiden yang perawakannya ceking kurus itu kan akrab banget sama orang kebanyakan yang dirundung nasib buruk.

Deket istana sih iya. Tapi masya Allah rumah tangga miskin kategori desil1, desil2, dan desil3 seperti disajikan Tim Nasional Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) jumlanya 272.128 (duartus tujuhpuluh dua ribu, seratus duapuluh delapan) kepala keluarga (KK). Mereka mengurusi 1.211.629 (satu juta duaratus sebelas ribu enamratus duapuluh sembilan) nyawa.

Pada masa hangat-hangatnya berebut simpati, para kandidat calon Gubernur berbalik 180 derajat ‘menjadi pengemis suara’. Senyum mereka manis, tegur sapanya serba menyenangkan.

Tetapi siapapun yang terpilih, dipastikan  bakal cepat lupa pada orang miskin  setelah jabatan atau kursi itu dikuasainya.

Gubernur baru, akan memprioritaskan bagaimana mengurai jalan macet, bagaimana memompa air yang selalu bikin jalan kagak nyaman. Juga sibuk menyuapi orang-orang  yang dianggap miskin dengan bantuan sosial sekampil beras bau apek.

Keramahan pada orang miskin sebelum pilgub tiba-tiba raib. Yang tersisa mungkin kegarangan yang melampaui batas kemanusiaan. Tidak setiap orang miskin bisa bersalaman dengan Gubernur, padahal Si Miskin gembel, kumel dan lecek yang gemar merokok, juga andil sedikit untuk gaji Sang Gubernur.

Yah.... nasib baik Si Miskin cuma dipagu sehari, saat datang ke TPS. Nasibmu, jelas bukan nasibnya. Setelah Pilkada, jarang orang menyapa.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline