Lihat ke Halaman Asli

Menghadapi Taksi Online, Kabinet Kerja Telat Kerja

Diperbarui: 16 Maret 2016   08:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="ribuan sopir taksi konvensional demo, foto alsadat kompas.com"][/caption]

 Masyarakat berrgerak 10 kali lebih cepat, sementara Pemerintah lemot merespon. Penguasa tidak menjalankan UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu-Lintas. Itu sebabnya kemudian terjadi benturan antara taksi plat kuning dan taksi plat hitam.

 Menyimak Bab IV Pasal 5 Ayat 1, 2, dan, 3, terlihat jelas, bahwa Pemerintah tidak menjalankan UU No. 22 Tahun 2009 dengan baik.

 Negara bertanggungjawab atas lalu lintas dan angkutan jalan dan pembinaannya dilakukan oleh Pemerintah. Ini amanat Pasal 5 Ayat 1. Dalam pasal yang sama Ayat 2 dinyakatan, pembinaan lalu lintas dan agkutan jalan sebagaimana ayat 1 meliputi: perencanaan, pengaturan, pengendalian, dan pengawasan.

 Permintaan taksi online tumbuh telah setahun labih. Pemerintah, dalam hal ini Kemenhub, Kemenkominfo dan Polri yang dianggap paling bertanggung jawab tidak melakukan kerja cepat. Setelah terjadi demo besar-besaran, baru 'nyengir kuda' turun tangan mencari jalan keluar.

 Pertanyaan sederhana, selama setahun, apa saja yang dilakukan kabinet kerja. Begitu masyarakat berrgolak, baru pemerintah terkaget-kaget.

 Secara eksplisit di Pasal 5 Ayat 3 huruf c dan d dinyatakan, bahwa urusan pengembangan industri dan teknologi lalu lintas dilakukan oleh kementrian negara.

 Argumen kuno, Kementrian Perhubungan kemudian bicara soal regulasi tetapi sangat parsial. Taksi plat kuning punya SIUP, NPWP, KIR dan segerobak perijinan yang lain, sementara taksi plat hitam yang menggunakan gatget tidak.

 Oleh sebab itu, ujar Ignatius Yonan, Menhub, dalam satu wawancara dengan salah satu TV Swasta Nasional, Selasa 15/3/2016,  UBER online serta GRAB harus dihentikan. Utamanya aplikasi yang digunakan harus segera ditutup oleh Kemenkominfo.

Pada hemat saya, Yonan termasuk mentri cerdas, tetapi berkaitan dengan fenomena taksi online, dia gagal memahami dan melaksanakan undang-undang.

 Fakta di lapangan, ide taksi online itu ditangkap sekelompok masyarakat yang akrab dengan teknologi secara amat cerdas. Responsibilitas tersebut merupakan kejelian mengambil peluang usaha.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline