[caption id="attachment_305521" align="aligncenter" width="614" caption="Bukit kapur yang digempur WAgino. Ft Bewe"][/caption]
Bukit kapur seluas 5000 m2 digempur. Awalnya, lokasi tersebut oleh pemiliknya dirancang untuk mendirikan warung kelontong. Separo gempuran, fisik bukit berubah bentuk. Pikiran pun berbelok, dari mendirikan warung ke melestarikan sejarah.
Lelaki itu berpenampilan sederhana. Saat menerima kedatangan saya, diabercelana kolor, kaos lengan pendek tanpa krag. Kami duduk di bawah tenda terpal. Maklum, dia lagi bongkar total rumah satu-satunya peningglan orang tuanya. Di bangku kecil telah tersedia dua gelas kopi hitam.
Wagino, demikian dia memperkenalkan diri. Sehari-hari bekerja sebagai petani. Bulan Juni tahun 2013, dia berfikir untuk mendirikan usaha di tepi jalan raya. Keinginan yang wajar, kerena rumah tinggal yang saat saya datang lagi dibongkar, letaknya agak di pedalaman. Persisnya di Pedukuhan Pengkol Kidul, RT 01/02, Desa Pengkol, Kecamatan Nglipar, Gunungkidul.
Dari jalan raya lintas Nglipar-Nhawen sekitar 2 Km. Kemuannya tidak berlebihan, karena Wagino hanya ingin mebuka warung kelontong. Lalu, tanah warisan orang tua sekitar 5000 m2 berupa bukit kapur, terletak persis di tepi jalan raya dia gempur habis-habisan.
Nafas Wagino hampir putus, pekerjaan tak juga kelar.Empat orang tetanga, Suktoto, Rewang Pranyoto, Bejo, Parman dan Yono menawawarkan diri membantu Wagino. Kesepakatan pun di-amini. Lima orang tetangga membentuk kelompok, Wagino selaku pemilik bukit tidak perlu angkat martil dan linggis.
Selama 6 bulan lebih, bukit batu kapuryang terletak di Dusun Pengkol RT 01 RW 02, Desa Pengkol, kecamatan Nglipar, Gunungkidul, di tepian jalan lintas Nglpar-Ngawen, diamuk (ditambang) oleh lima kelompok. Hasil bongkaran bukit dijual sebagai bahan pondasi rumah dan urug jalan. Satu rit, dijual Rp 130.000,00. Pembagiannya, pekerja Rp 115.000,00, Wagino selaku pemilik Rp 15.000,00.
Kaki bukit yang semula mepet jalan aspal, saat ini mundur selebar 20 m dari as jalan, panjang kurang lebih 70 m. Bukit tersebut dibongkar tegak lurus, ketinggian 20 m. Untuk sampai ke puncak masih kurang lebih 5 m lagi. Bentuk bukit itu kini berubah, dari gundukan batu, menjadi tebing batu kapur.
Wagino berubah pikiran. Dalam benaknya tergambar, lokasi tesebutbisa dimanfaatkan untuk keperluan panjat tebing. Tetapi karena di dusun Pengkol ada tokoh sejarah Ki Ageng Damarjati, yang juga disebut sebagai Sunan Tremboyo, Wagino juga bermimpi bisa membuat relief atu ornamen tokoh tersebut untuk keperluan wisata sejarah. Mimpi Wagino sedang didiskusikan dengan para pihak, termasuk Kepala Desa, Camat dan Bupati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H