Lihat ke Halaman Asli

Bambang Trim

TERVERIFIKASI

Pendiri Penulis Pro Indonesia

Antara Menulis dan Perjalanan

Diperbarui: 7 Januari 2024   07:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi menulis.(SHUTTERSTOCK via kompas.com)

Beberapa tahun ini hampir setiap bulan lalu meningkat setiap minggu saya bepergian dari Cimahi ke Jakarta. Transportasi favorit saya adalah kereta api (KA) Argo Parahyangan. Terkadang saya duduk di kelas eksekutif dan terkadang di kelas premium. Seringnya saya duduk di restoran.

Saya memanfaatkan waktu untuk menulis di gerbong resto KA. Itu pun kalau situasinya mendukung. Soalnya memang dilarang bekerja dengan laptop di restoran meskipun sudah memesan makanan. Penumpang perlu juga bertenggang rasa dengan penumpang lain yang ingin makan-minum. 

Biasanya saya sesuaikan dengan situasi. Kalau sepi, saya bertahan menulis di sana. Beberapa kali juga ada kondektur KA yang menegur agar saya segera menyingkir ke kursi penumpang. Kondekturnya yang suka "ngusir" saya tandai, ha-ha-ha.

Sejak ada KCIC alias Whoosh, saya pun lebih sering naik kereta 30 menitan ini Padalarang-Bandung pp. Impaknya boro-boro bisa menulis, tidur saja tak sempat. 

Jadi, saya adalah orang yang menggunakan perjalanan untuk menulis. Saya tidak selalu menulis tentang perjalanan itu sendiri, tetapi menulis apa pun yang menjadi tugas saya. Sayang rasanya jika perjalanan, terutama yang panjang, dihabiskan hanya untuk makan-minum, ngobrol, dan tidur.

Ingatan tentang perjalanan dengan KA ini tiba-tiba memantik saya setelah beberapa minggu berlibur di Cimahi-Bandung saja, termasuk menjelang tahun baru. Saya rindu naik KA lagi melakukan perjalanan di atas rel besi.

Perjalanan kereta api, Andrey Khrobosnov

Namun, tabrakan adu banteng antara KA Turangga dan KA Bandung Raya pada pagi hari Jumat (5 Januari 2024) kemarin benar-benar mengagetkan. Saya pun terbayang karena biasanya selepas subuh di KA dalam perjalanan dari Jateng atau Jatim, saya pasti ke resto untuk sekadar minum kopi dan tentu menulis. Subuh hari itu sangat efektif untuk menulis.

Terbayang jika musibah itu terjadi pada saya, pastilah kekagetan luar biasa. Laptop mungkin melayang entah ke mana. Karena itu, saya pun menyampaikan prihatin dan duka cita mendalam terhadap musibah KA Turangga vs KA Bandung Raya. Ada empat orang kru KAI yang tewas dan sisanya luka-luka, bahkan juga trauma. 

Menabung Kenangan

Perjalanan itu sendiri, terutama ke tempat-tempat yang menakjubkan, memang sayang jika tidak dituliskan. Dalam istilah Hilmi Faiq, wartawan Kompas, catatan perjalanan itu ibarat tabungan kenangan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline