Lihat ke Halaman Asli

Bambang Trim

TERVERIFIKASI

Pendiri Penulis Pro Indonesia

Antara Menulis dan Gaya Hidup

Diperbarui: 3 Januari 2024   17:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Unsplash via KOMPAS.com

Sebuah akun IG memperlihatkan foto-foto dan reel sang pemiliknya dari satu kafe ke kafe lain. Semuanya kafe yang terkesan mewah dan memperlihatkan selera makan yang juga tidak murah. Di akun lain, pemiliknya memperlihatkan foto-foto dan reel dirinya berkelana dari satu warung/kedai makan pinggir jalan yang murah meriah, bahkan viral. Keduanya sama-sama menarik perhatian pengikutnya sehingga berbuah like dan komentar.

Foto-foto dan reel ini muncul sebagai visualisasi gaya hidup berikut sekadar takarir (caption). Bagaimana jika kemudian perihal gaya hidup itu dituliskan sebagai esai atau feature yang ringan? Gaya hidup itu bakal lebih menarik lagi dan kaya imajinasi. 

Di sinilah kemampuan menulis di tangan para pelakon gaya hidup akan sangat berguna. Mereka dapat mengisahkan, mendeskripsikan, bahkan memengaruhi pembacanya. 

Lebih konkret lagi hal ini menjawab pertanyaan mengapa dahulu di SD kita belajar menulis narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi. Salah satu, salah dua, dan seterusnya dapat digunakan untuk menulis esai/feature tentang gaya hidup.

Esai tentang Gaya Hidup

Judul tulisan ini memang dapat mengandung dua makna. Pertama, apakah menulis (juga) dapat dipandang sebagai gaya hidup? Kedua, apakah gaya hidup itu sendiri dapat dijadikan topik tulisan?

Menulis itu memang sebuah gaya hidup. Namun, maksud saya dalam tulisan ini adalah yang kedua bahwa gaya hidup yang kita lihat, dengar, mungkin juga hirup, bahkan kita lakoni dapat menjadi topik sebuah atau banyak tulisan. Di media massa berkala, rubrik tulisan tentang gaya hidup sering disediakan. Penulisnya seorang profesional atau sekadar menjadi pemerhati tren gaya hidup. 

Sebut saja ada tulisan tentang gaya berbusana (fashion), kebiasaan makan (kulineran), hobi-hobi yang ekstrem, perjalanan ke tempat-tempat menakjubkan, dan juga penggunaan teknologi. Maka dari itu, penulis spesialis gaya hidup tidak bakal kehabisan gagasan sepanjang ia banyak membaca, banyak berjalan-jalan, dan banyak bersilaturahmi.

Konten gaya hidup saat ini sangat diperlukan oleh media agar mereka tidak tertinggal untuk membahas suatu tren yang lagi menggejala di masyarakat. Para pembaca tulisan gaya hidup punya rasa ingin tahu untuk sekadar mendapatkan informasi atau mendapatkan panduan melakukannya seperti orang lain. 

Tulisan gaya hidup harus mampu menarasikan sebuah fenomena kecenderungan/tren yang terjadi di masyarakat, mendeskripsikannya sebagai gambaran yang utuh lalu memersuasi pembaca untuk mendukung gaya hidup itu atau bahkan mengembalikan opini kepada pembaca. 

Sebagai contoh gaya hidup yang dulu saya lihat sebagai kebiasaan di Aceh dan Sumatra pada umumnya beberapa tahun lalu. Anak-anak muda nongkrong di kedai/warung kopi. Mereka ngopi dan ngobrol ngalur ngidul sehingga terdengar seperti dengungan lebah. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline