Media sosial riuh usai debat cawapres I karena pertanyaan Gibran yang mengandung singkatan SGIE. Singkatan dari State of Global Islamic Economy memang tidak semua orang familiar, apalagi yang tidak pernah berkutat di bidang ekonomi syariah. Dalam bahasa lisan wajar orang mengajukan pertanyaan tentang singkatan yang tidak familiar (di antara begitu banyak singkatan/akronim dalam hidup kita) maka lawan bertanyanya akan bertanya balik.
"SGIE apaan?"
Mungkin ada juga yang balas menjawab seperti ini, "EGP, dah!"
Singkatan EGP bagi anak gaul tidak asing lagi alias emang gue pikirin. Ada lagi yang lebih parah, EGE, emang gue EGP. Ha-ha-ha.
Singkatan/akronim banyak digunakan juga dalam bahasa lisan untuk menghemat kata-kata. Namun, demi kelancaran komunikasi, patut digunakan singkatan/akronim yang familiar atau singkatan/akronim yang tidak familira itu diberi penjelasan kepanjangannya.
Berbeda halnya penggunaan singkatan/akronim di dalam karya tulis---bukan pesan singkat di WA, penulisan kepanjangan mutlak diperlukan. Untuk singkatan/akronim yang tidak familiar bagi pembaca, penulis harus menuliskan dulu kepanjangan baru singkatan/akronimnya di dalam kurung---sesuai dengan EYD V. Selanjutnya, singkatan/akronim dapat digunakan tanpa didahului kepanjangannya.
Contoh: Buku gaya selingkung Chicago Manual of Style (CMS) paling banyak dirujuk di dunia. CMS disusun pada akhir abad ke-19, tepatnya ....
Lebih khusus lagi di dalam sebuah buku penulis perlu membuat daftar singkatan (abbreviations) jika bertabur singkatan/akronim yang kurang familiar bagi pembaca atau sangat spesifik dalam satu bidang keilmuan. Beberapa penulis memasukkan singkatan/akronim ke dalam glosarium yang sebenarnya keliru. Glosarium adalah daftar istilah, bukan daftar singkatan/akronim.
Daftar singkatan/akronim di dalam buku ada yang diletakkan di bagian awal buku (preliminaries) untuk mengenalkan lebih dulu singkatan/akronim yang digunakan di dalam buku. Pertimbangan penulis diperlukan untuk hal ini karena tidak semua singkatan/akronim perlu didaftarkan.