Lihat ke Halaman Asli

Bambang Trim

TERVERIFIKASI

Pendiri Penulis Pro Indonesia

Mengapa Paragraf Pertama Tidak Diset Menjorok

Diperbarui: 10 Juni 2022   21:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengapa Paragraf Pertama Tidak Diset Menjorok (unsplash/freestocks)

Jika Anda sangat akrab dengan soal paragraf/alinea, Anda pasti dapat mengenali format paragraf yang digunakan di Kompasiana ini. Kompasiana menggunakan paragraf berformat blok rata kiri dan tidak rata kanan. Pada paragraf format blok, perpindahan paragraf ditandai dengan spasi antarparagraf.

Saat membaca tulisan, pembaca dapat mengenali perpindahan pokok pikiran teks melalui paragraf/alinea. Secara teori yang dipelajari sejak di sekolah dasar, kita mengetahui bahwa paragraf terdiri atas hanya satu pokok pikiran/topik. Hal ini ditandai adanya satu kalimat utama atau kalimat topik.

Selanjutnya, kalimat utama dibantu penjelasannya dengan kalimat penjelas. Itu sebabnya satu paragraf lazimnya memiliki sekurang-kurangnya dua kalimat yaitu satu kalimat utama dan satu kalimat penjelas. Para editor yang sudah mafhum dengan teori ini pasti mengedit paragraf yang hanya terdapat satu kalimat.

Sumber: SP Book Design

Namun, hal ini tidak berlaku untuk dialog atau kalimat langsung dalam percakapan. Satu kalimat percakapan dianggap sebagai satu paragraf/alinea dari setiap pembicara. Walaupun demikian, masih ada penulis yang tidak memahaminya sehingga kalimat-kalimat dialog/percakapan dari dua orang berbeda dijadikan satu paragraf.

Baca juga : 6 Cara Menyusun Kalimat dan Paragraf yang Efektif

Cara mengetikkan paragraf dan perpindahannya pun lazim menggunakan dua format. Pertama disebut format blok, yaitu perpindahan paragraf ditandai spasi yang lebih besar antarpagraf daripada spasi antarbaris kalimat. Hal ini yang berlaku pada Kompasiana.

Contoh Paragraf Blok (Sumber: Little Book Factory)

Kedua, disebut format indent atau menjorok (bertakuk). Setiap perpindahan paragraf ditandai dengan kalimat awal yang menjorok 5 atau 7 karakter. Namun, penjorokan (rada aneh bentuk ini) atau penakukan tidak berlaku pada paragraf pertama.

Mengapa? Soalnya pembaca sudah dapat menandai paragraf pertama sebagai paragraf tanpa perlu dijorokkan (ini juga aneh, hehehe). Sebagai penggantinya, sering digunakan variasi yang disebut drop capital yaitu huruf awal diset kapital dan lebih besar antara 2-3 baris.

Contoh Paragraf Bertakuk (Sumber: chinooktype.com)

Drop capital hanya berlaku untuk kalimat awal pada setiap awal tulisan atau awal bab buku. Penggunaan drop capital memang dapat menambah estetika desain tulisan. Namun, tidak mutlak harus dilakukan. Aplikasi semacam Word dan In-Design memberi fitur drop cap ini apabila ingin digunakan.

Ketika memulai paragraf baru setelah judul subbab atau sub-subbab, paragraf pertama kembali rata kiri tanpa takuk. Lalu, paragraf kedua dan seterusnya baru dapat diset menjorok atau bertakuk.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline