Lihat ke Halaman Asli

Bambang Trim

TERVERIFIKASI

Pendiri Penulis Pro Indonesia

Mari Tuntaskan Sesuai dengan Deadline Bukan Dateline

Diperbarui: 21 Juni 2018   19:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Alejandro Escamilla dalam Unsplash

Seorang teman berkisah tentang jawaban mengundang senyum kecut dari pertanyaan yang dilontarkan saudaranya saat acara kumpul keluarga pada momen lebaran lalu.

"Kamu bekerja di mana sekarang?"

"Di penerbit, Bude ...."

"Oh, yang bikin kalender dan kartu nama, ya?"

Mereka yang bekerja di penerbit seperti editor pastilah gusar mendengar jawaban itu. Umumnya masyarakat kita memang tidak dapat membedakan antara penerbit dan pencetak (sering disebut percetakan). Tentulah berbeda antara publisher dan printer ibarat desainer dan tukang jahit. Penerbit utamanya bekerja dengan gagasan dan teknologi informasi, sedangkan pencetak bekerja dengan mesin-mesin cetak beserta perlengkapannya.

Di penerbit bekerja para penulis, penerjemah, editor, dan desainer. Adapun di pencetak, bekerja para operator mesin cetak.

Beberapa istilah dalam dunia penerbitan dan penulisan yang berasal dari bahasa Inggris memang sering kali tercampur aduk sehingga menjadi kacau. Di medsos saya sering  membaca status seorang penulis yang katanya "dikejar dateline". Tentu saja maksudnya deadline alias tenggat dalam bahasa Indonesia, bukan dateline yang bermakna baris tanggal.

Mungkin karena ada kata "date" sang penulis mengira ia memang berurusan dengan tanggal, padahal ia sedang berurusan dengan "kematian". Duh, seram amat. Namun, ya begitu bukan hanya NKRI, deadline juga harga mati.

Di dalam penerbitan media massa atau media berkala (koran, majalah, tabloid, jurnal) memang lazim dikenal istilah dateline yaitu baris informasi tentang media dan waktu penerbitan sebuah artikel. Ada lagi istilah by-line yang artinya baris kepemilikan yang memuat informasi nama penulis (author/writer) dari sebuah tulisan.

Di dalam penerbitan buku, sering juga terjadi kekeliruan campur aduk yang dilakukan turun-temurun. Umumnya para penulis, bahkan penerbit juga, tidak dapat membedakan antara kata pengantar (foreword) dan prakata (preface). Padahal, ini dua bentuk tulisan yang berbeda walaupun sama-sama diletakkan pada bagian awal (preliminaries) sebuah buku. 

Pembedanya bahwa kata pengantar ditulis oleh orang lain yang bukan penulis. Logikanya yang mengantar itu pasti orang lain, tidak mungkin penulis mengantar dirinya sendiri. Adapun kulonuwun dalam sebuah buku atau karya tulis lainnya yang ditulis oleh penulis sendiri namanya prakata. Umumnya karya tulis seperti skripsi, tesis, disertasi masih menggunakan istilah 'kata pengantar', padahal ditulis oleh si pembuat karya tulis itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline