Lihat ke Halaman Asli

Bambang Trim

TERVERIFIKASI

Pendiri Penulis Pro Indonesia

Pak Jokowi, Tulislah Buku tentang Kalajengking

Diperbarui: 6 Mei 2018   17:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi pribadi

Saya sebenarnya tidak ingin ikut-ikutan kritis atau  nyinyir soal "Pidato Kalajengking" Pak Jokowi. Ketertarikan saya tetap saja pada persoalan menulis dan buku-buku. Bagaimanapun kalajengking, hewan bernama Latin keren Scorpiones ini, dapat menjadi topik tulisan menarik dari banyak sisi, terutama bagi anak-anak.

Lalu, ada kabar bahwa tanggal 5 Mei 2018 lalu telah diluncurkan Gerakan Nasional Orang Tua Membaca Buku (Gernas Baku) oleh para Bunda PAUD di 34 provinsi di Indonesia. Satu lagi program bagus terkait literasi yang tentunya perlu dukungan pemerintah dan masyarakat. 

Namun, kadang-kadang saya bertanya, apalagi untuk konteks anak-anak usia dini (0-6 tahun), apakah cukup banyak tersedia buku-buku yang layak untuk dibacakan orangtua kepada anak-anaknya? Di toko-toko buku banyak buku untuk anak balita berbahasa asing atau karya terjemahan. Karya lokal juga ada, tetapi penulis yang berkonsentrasi pada pembaca sasaran anak-anak seperti ini sedikit sekali.

Di sisi lain, banyak juga buku anak balita yang kurang layak untuk anak karena penulisan, penyajian, dan desain yang kurang baik atau dibuat serampangan. Padahal, menulis dan menerbitkan buku anak itu, dalam gurauan saya, tidak semudah membalikkan taplak meja. Ada pakem-pakem dalam penulisan dan penerbitan buku anak yang harus diperhatikan dan diterapkan.

Hari Sabtu, 5 Mei 2018, saya mengisi workshop menulis buku untuk 10 orang peserta di Surabaya. Ada 8 orang peserta berlatar belakang pendidikan psikologi dan beberapanya adalah psikolog. Buku anak juga menjadi topik bahasan di antara para psikolog itu. Mereka lalu bertanya.

"Menurut Pak Bambang, apa kelemahan buku-buku anak kita?"

Saya menjawab, kelemahan umum adalah konten menggurui di dalam buku anak. Orang-orang dewasa yang menulis sering kali memaksakan nasihat-nasihat atau informasi-informasi yang bersifat menggurui. Tidak jarang untuk memasukkan konten itu, penulis menggunakan mulut tokoh orang dewasa untuk menjejalkan berbagai pesan-pesan kebaikan. 

Kelemahan lain unsur cerita yang datar tanpa konflik meskipun konflik sederhana atau ringan. Selain itu, ada juga buku-buku konsep, misalnya tentang emosi (perasaan) yang justru sulit dicerna oleh anak karena terlalu abstrak. Kelemahan lain adalah soal bahasa, baik itu diksi maupun tata bahasa yang pas buat anak. 

Ada juga yang sering fatal dalam penyajian buku-buku konsep (buku-buku yang menjelaskan tentang satu konsep kehidupan kepada anak, seperti perbedaan, kewirausahaan, dan keberagamaan). Maksud hati (penulis) hendak menanamkan suatu pemahaman yang baik pada anak, misalnya tentang rasa syukur, tetapi pada sisi lain malah menyudutkan orang lain. Saya menemukan contoh ini pada salah satu buku anak yang saya tinjau.

Jadi, kekhawatirannya bagaimana program seperti Gernas Baku itu akan sukses jika bukunya saja tidak tersedia? Atau jika pun tersedia, ternyata buku-bukunya tidak layak untuk dibacakan kepada anak-anak atau tidak cocok untuk usia mereka.

Pesimistis? Tidak juga, sekali lagi hanya sebentuk kekhawatiran ketika penulis-penulis buku anak, terutama anak balita, kurang mendapatkan perhatian dalam pengembangan dan pembinaan mereka. Banyak hal yang berhubungan dengan penulisan buku anak, seperti sastra, psikologi, budaya, dan tren yang harus mendapat perhatian.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline