Lihat ke Halaman Asli

Bambang Trim

TERVERIFIKASI

Pendiri Penulis Pro Indonesia

Diksi dan Dendang Kaesang

Diperbarui: 7 Juli 2017   17:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Photo by Anna Demianenko on Unsplash

Saya tergelitik membaca status Facebook pagi ini dari rekan saya penulis, Iqbal Aji Daryono. Ia yang rutin mengisi kolom di Detik.com itu akhirnya mengurungkan tulisannya tentang yang lagi ramai dibahas--siapa lagi kalau bukan Kaesang. Alasannya, ia tidak mau tulisannya malah menyiram kopi ke kantuk yang sudah selesai.... Kalau kata-kata terakhir itu versi saya. Saya membenarkan ia karena terkadang kita terlalu menghabiskan energi untuk menulis sesuatu yang sebenarnya sudah tidak perlu dibahas lagi karena ada yang lebih penting dari itu, misalnya soal anggota DPR yang mendatangi para koruptor .... 

Tapi, saya malah menulis tentang (Kaesang) ini jadinya. Tidak bermaksud menyiram kopi tadi, lha saya nulis ini sambil menikmati kopi yang menyegarkan dan sisa kastangel lebaran yang masih ada bersanding remah-remah.

Hanya perlu waktu kurang dari tiga hari bagi polisi untuk menyelesaikan kasus laporan ujaran kebencian yang melibatkan Kaesang. Soal ini menjadi penting karena Kaesang anak presiden. Bandingkan jika pada masa Orba yang dilaporkan adalah Tommy Soeharto atau Bambang Tri Atmodjo atau masa sebelum Jokowi, yang dilaporkan adalah Edhie Baskoro. Ah, nggak usah dibayangkan karena jangan-jangan Anda belum lahir zaman itu.

Saya malah jadi tergelitik untuk menulis ini karena persoalan telah menjadi viral dan aneka tanggapan muncul dari mulai yang sederhana dan dangkal yaitu mempersoalkan diksi 'ndeso' sampai yang mikirnya terlalu jauh melebihi rencana pembangunan jangka panjang. Yang memberi komentar juga beragam dari pimpinan DPR sampai tukang ojek online. Lagi-lagi masalahnya karena Kaesang anak presiden, beda kalau anak lurah, pastilah tidak ada yang mau ngurusi.

Terus kalau anak presiden memangnya kenapa? Apa nggak boleh main vlog dan berpendapat, lalu menggunakan kata ndeso itu? 

Salah satu bagian video Bapak Minta Proyek yang diunggah Kaesang Pangarep di Youtube.(YOUTUBE)

Kaesang itu kebetulan saja mewakili remaja pada zamannya yang menjadi digital native dan kebetulan aktif-kreatif, beda sama anak presiden sebelum ini. Kaesang pasti juga tidak dapat melepaskan dirinya dari diksi (pilihan kata) yang bersumber dari pikiran dan perasaannya, terus juga dibentuk oleh lingkungannya. Mau anak presiden atau tidak, pastilah banyak diksi sudah memaparnya sejak ia lahir hingga berusia seperti sekarang.

Tidak semua dari kita meskipun lahir dari keluarga yang menjunjung tata krama, tidak menyimpan diksi yang "kurang ajar (ledekan)", "makian", ataupun yang mengandung "kemarahan" dalam memori benak kita. Kita mendapatkannya kali pertama dari orang-orang terdekat. Bahkan, mungkin dari orangtua kita sendiri.

Para penghuni media sosial yang kerap mengeluarkan diksi tersebut (kurang ajar, makian, dan kemarahan) juga ada levelnya. Level masih dapat dimaklumi hingga level yang sudah membuat kita gerah membacanya, lalu menilai orang tersebut sebagai yang layak untuk di-unfollow atau unfriend. Coba saja kalau seperti ini keluar: bangsat, anjing, goblok, tolol, lonte, bajingan, gembel; atau yang berbau kedaerahan, seperti jancuk (Jatim), pukimak (Sumut), anjrit (Jabar).

Namun, kata-kata berkonotasi kurang ajar, makian, dan kemarahan itu juga harus dilihat dalam konteks bicara atau tulisannya. Ada yang digunakan malah untuk memuji; ada yang untuk menyatakan kelucuan; dan ada yang memang ditunjukkan untuk menghina dan marah pada seseorang, bahkan mengancam. Karena itu, polisi harus repot menggunakan ahli bahasa untuk mengecek sebuah diksi apakah menjadi ujaran kebencian atau malah sebaliknya, ujaran kesayangan.

Saya yang besar di Tebingtinggi Deli dan Medan (saya kira demikian juga dengan Pak MH yang melaporkan Kaesang), sudah kenyang dengan kata-kata makian yang beraneka rasa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline